Senin, 22 Februari 2016

BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL DALAM PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR

BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL DALAM PUISI-PUISI
KARYA CHAIRIL ANWAR


MAKALAH


guna memenuhi tugas mata kuliah morfologi II


oleh:
Utami Retno Wulandari: 130110201056
Agnes Ridah Ratnia: 130110201011
Santi Setyo Wulandari: 130110201044



JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Banyak hal yang dipelajari dalam morfologi ini, salah satunya ialah yang akan kami analisis yakni mengenai Bentuk Dasar dan Bentuk Asal. Secara singkat, dapat di definisikan bahwa bentuk asal adalah suatu bentuk kata terkecil tungal yang mengasali sebuah kata yang kompleks, sedangkan bentuk dasar merupakan bagian kata bisa tunggal maupun kompleks yang mendasari kata yang kompleks.
Pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba menguak tentang apa itu bentuk dasar dan bentuk asal, kemudian apa yang membedakan antara dua kata tersebut, dan menerapkannya dalam karya sastra. Karya sastra yang coba kami analisis bentuk asal dan bentuk dasarnya yakni, puisi-puisi karya Chairil Anwar.
Dalam penulisan puisi, pemilihan kata yang digunakan penyair kadang menyimpang dari kata yang wajar atau kata-kata pada umumnya. Penggabungan dua kata yang berbeda kelas katanya menjadi sebuah frasa yang tidak bisa dijangkau dengan logika, seperti aroma hitam (aroma:bau, hitam:warna), sajak putih (sajak:tulisan, putih:warna), desahan rindu, kelambu berjalan, dan sebagainya. Pemilihan kata yang seirama pun juga perlu dipertimbangkan oleh seorang penyair, karena dalam puisi tidak hanya sekedar tulisan namun juga harus mengandung unsur estetika di dalamnya. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kami untuk menganalisis bentuk asal dan bentuk dasar dari karya sastra puisi, khususnya puisi-puisi karya Chairil Anwar.
Dilihat dari bidang kajiannya, bentuk asal dan bentuk dasar merupakan bagian dari kajian morfologi yang merupakan salah satu ilmu kebahasaan. Sedangkan puisi merupakan salah satu kajian tentang ilmu sastra. Meskipun secara definisi, teori maupun bidang kajian kedua bidang ilmu ini saling bertolak belakang, namun pada dasarnya kedua bidang ini sangat berkaitan erat. Hal tersebut dapat dibuktikan dari penulisan sebuah puisi. Dimana seorang penyair akan melesapkan huruf atau menambahi vocal pada sebuah kata untuk menimbulkan estetika dari puisi tersebut. saat pelesapan ataupun menambahan huruf merupakan bagian dari proses morfologi, itulah mengapa sebenarnya kedua bidang kajian ini saling berhubungan.

1.2              Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka hal-hal yang akan di bahas dalam makalah ini akan kami rumuskan sebagai berikut:
1.2.1        Apa definisi dari bentuk dasar dan bentuk dasar?
1.2.2        Bagaimana perbedaan bentuk dasar dan bentuk asal?
1.2.3        Bagaimana analisis bentuk dasar dan bentuk asal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar?

1.3              Tujuan
Sesuai dengan masalah-masalah yang kami rumuskan, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1        Untuk mengetahui apa definisi dari bentuk dasar dan bentuk dasar.
1.3.2        Untuk mengetahui bagaimana perbedaan bentuk dasar dan bentuk asal.
1.3.3        Untuk mengetahui bagaimana analisis bentuk dasar dan bentuk asal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Definisi Bentuk Dasar dan Bentuk Asal
(Ramlan 1985:44) menjelaskan bahwa bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata yang kompleks, sedangkan bentuk dasar merupakan satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar.
Secara sederhana bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal adalah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal dari bentuk kompleks. Misalnya, kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi pakaian, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berpakaian. Dan jika dikaitkan dengan bentuk dasar, kata berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan aiks ber- dan bentuk pakaian terbentuk dari kata dasar pakai yang mendapat afiks –an.

2.2         Perbedaan Bentuk Dasar dan Bentuk Tunggal
Perbedaan antara bentuk dasar dan bentuk asal yakni: bentuk dasar bisa merupakan bentuk tunggal, bisa juga bentuk yang kompleks, namun bentuk asal sudah pasti bentuk tunggal (Ramlan 1985:45). Maksudnya tunggal disini adalah bagian terkecil dari kata yang belum atau tidak mendapat imbuhan apapun, sedangkan kompleks merupakan bagian kata yang sudah mendapat imbuhan atau sudah mengalami proses morfologis.
Bentuk kata seperti tono; tini; di; jalan; yang; ramai; itu kita sebut kata yang masing-masing terdiri dari satu morfem itu bentuk tunggal.  Sedangkan kata-kata yang melarang, yang terdiri dari morfem me– + larang (dua morfem) dan bermain terdiri dari dua morfem ber- + main disebut bentuk kompleks.  Dapat disimpulkan kata yang berdiri sendiri dari hanya satu morfem disebut bentuk tunggal dan kata yang terdiri dari dua morfem atau lebis disebut bentuk rangkap (kompleks).

2.3         Bentuk Asal dan Bentuk Dasar pada Puisi-Puisi karya Chairil Anwar
Chairil Anwar merupakan salah satu tokoh sastrawan yang sangat terkenal di Indonesia. Beliau merupakan sastrawan yang banyak menyumbangkan karyanya di negri tercinta ini. Salah satu puisinya yang terkenal yakni “AKU”. Puisi-puisi karya Chairil anwar ini bahkan sudah banyak yang dibukukan, yang jumlahnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Namun, pada analisis kali ini, kami tidak menyajikan semua puisi-puisi karya Chairil anwar. Dari beberapa banyak puisi karya Chairil Anwar, kami hanya mengambil empat puisi saja yang akan kami analisis bentuk asal dan bentuk dasarnya. Empat puisi tersebut yakni; Aku, Selamat Tinggal, Doa, dan Sajak Putih.
Dalam penulisan puisi, seorang penyair tidak menggunakan kata yang baku dalam menulis puisinya. Pemilihan kata dalam penulisan puisi biasanya dipersingkat atau beberapa hurufnya di lesapkan agar ada nilai estetikanya. Selain itu, persamaan irama juga dipertimbangkan oleh penyair dalam menulis puisinya. Altenberd (dalam Rachmad Djoko Pradopo 1987:54) mengatakan bahwa, untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta supaya selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memili kata-kata dengan secermat-cermatnya.
Berikut analisis bentuk dasar dan bentuk asal pada puisi-puisi karya Chairil Anwar:

2.3.1        Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)      Waktuku
Kata waktuku berasal dari kata asal ‘waktu’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku ‘ menjadi waktu (KA/KD)+kuàwaktuku. Dan kata waktu merupakan kata dasar dari waktuku.
2)      Seorang
Kata seorang berasal dari kata ‘orang’ yang mendapat awalan ‘se-‘ menjadi se+orang (KA/KD)àseorang. Dan kata ‘orang’ merupakan kata dasar seorang yang mendapat awalan ‘se-‘
3)      Kan
Kata ‘kan’ berasal dari kata ‘akan’ yang mengalami prosen morfologis dengan melesap atau hilangnya vocal ‘a’ menjadi (a)-kanàkan. Dan kata ‘akan’ juga merupakan kata dasar dari ‘kan’.
4)      Merayu
Kata merayu berasal dari kata ‘rayu’ yang mendapat awalan ‘me-‘ menjadi me+rayu (KA/KD)àmerayu. Dan kata ‘rayu’ merupakan kata dasar dari ‘merayu’.
5)      Kumpulannya
Kata kumpulannya berasal dari kata ‘kumpul’ yang mendapat imbuhan ‘-an’ dan kemudian mendapat imbuhan ‘-nya’ menjadi kumpul (KA)+anàkumpulan (KD) +nyaà kumpulanya. Dan kata ‘kumpulan’ merupakan kata dasar dari kata ‘kumpulannya’.
6)      Terbuang
Kata terbuang berasal dari kata ‘buang’ yang mendapat awalan ‘ter-‘ menjadi ter+buang (KA/KD)àterbuang. Dan kata ‘buang’ merupakan kata dasar dari ‘terbuang’.
7)      Menembus
Kata menembus berasal dari kata’tembus’ yang mendapat awalan ‘meN-‘ menjadi meN+tembus (KA/KD)àmenembus. Dan kata ‘tembus’ merupakan kata dasar dari kata ‘menembus’.
8)      Kulitku
Kata kulitku berasal dari kata ‘kulit’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku/aku’ menjadi kulit (KA/KD)+kuàkulitku. Dan kata ‘kulit’ merupakan bentuk dasar dari ’kulitku’.
9)      Meradang
Kata meradang berasal dari kata ‘radang’ yang mendapatkan imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+radang (KA/KD)àmeradang. Dan kata ‘radang’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘meradang’.
10)  Menerjang
Kata menerjang berasal dari kata ‘terjang’ yang mendapat awalan ‘meN-‘ menjadi meN+terjang (KA/KD)àmenerjang. Dan kata ‘terjang’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menerjang’.
11)  Kata kubawa
Kubawa berasal dari kata ‘bawa’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ diawal menjadi Ku+bawa (KA/KD)àkubawa. Dan kata ‘bawa’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘kubawa’.
12)  Berlari
Kata berlari berasal dari kata ‘lari’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+lari (KA/KD)àberlari. Dan kata ‘lari’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘berlari’.

Apabila dijadikan tabel, maka hasil dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai berikut:
No.
Kata
Bentuk Asal
Bentuk Dasar
1.
Waktuku
Waktu
Waktu
2.
Seorang
Orang
Orang
3.
Kan
Akan
Akan
4.
Merayu
Rayu
Rayu
5.
Kumpulannya
Kumpul
Kumpulan
6.
Terbuang
Buang
Buang
7.
Menembus
Tembus
Tembus
8.
Kulitku
Kulit
Kulit
9.
Meradang
Radang
Radang
10.
Menerjang
Terjang
Terjang
11.
Kubawa
Bawa
Bawa
12.
berlari
Lari
Lari

Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa mayoritan dari kata-kata yang digunakan Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul ‘AKU’ memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, hanya satu saja yakni kata ‘kumpulannya’ yang memilki bentu dasar dan bentuk asal yang berbeda. Dari 12 kata yang ditemukan, 11 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan 1 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda.

2.3.2        Selamat Tinggal
Aku berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa yang punya?

Kudengar seru menderu
Dalam hatiku?
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam pula
Ah……!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal……!!
Selamat tinggal…..!!

Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)      Berkaca
Kata berkaca berasal dari kata ‘kaca’ yang mendapat imburah ‘ber-‘ menjadi ber+kaca(KA/KD)àberkaca. Dan kata ‘kaca’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘berkaca’.
2)      Kudengar
Kata kudengar berasal dari kata ‘dengar’ yang mendapat imbuhan klitika ‘ku-‘ menjadi ku+dengar (KA/KD)àkudengar. Dan kata ‘dengar’ merupakan bentuk dasar bagi kata ‘kudengar’.
3)      Menderu
Kata menderu berasal dari kata ‘deru’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+deru(KA/KD)àmenderu. Dan kata ‘deru’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menderu’.
4)      Hatiku
Kata hatiku berasal dari kata ‘hati’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi hati(KA/KD)+kuàhatiku. Dan kata ‘hati’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘hatiku’.
5)      Menggelepar
Kata menggelepar berasal dari kata ‘gelepar’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+gelepar(KA/KD)àmenggelepar. Dan kata ‘gelepar’ merupakan kata dasar dari kata ‘menggelepar’.
6)      Menebal
Kata menebal berasal dari kata ‘tebal’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tebal(KA/KD)àmenebal. Dan kata ‘tebal’  merupakan kata dasar dari kata ‘menebal’.
7)      Mengental
Kata mengental berasal dari kata ‘kental’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+kental(KA/KD)àmengental. Dan kata ‘kental’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengental’.
8)      Kukenal
Kata kukenal berasal dari kata ‘kenal’ yang mendapat imbuhan klitika ‘ku-‘ menjadi ku+kenal(KA/KD)àkukenal. Dan kata ‘kenal’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘kukenal’.

Apabila dijadikan tabel, maka hasil dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai berikut:
No.
Kata
Bentuk Asal
Bentuk Dasar
1.
Berkaca
Kaca
Kaca
2.
Kudengar
Dengar
Dengar
3.
Menderu
Deru
Deru
4.
Hatiku
Hati
Hati
5.
Menggelepar
Gelepar
Gelepar
6.
Menebal
Tebal
Tebal
7.
Mengental
Kental
Kental
8.
Kukenal
Kenal
Kenal
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul ‘Selamat Tinggal’ keseluruhannya memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama. Semuanya hanya mengalami proses morfologis satu kali. Dari 8 kata yang ditemukan, semuanya memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama.


2.3.3        Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

CahyaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)      Pemeluk
Kata pemeluk berasal dari kata ‘peluk’ yang mendapat imbuhan ‘peN-‘ menjadi peN+peluk(KA/KD)àpemeluk. Dan kata ‘peluk merupakan kata dasar dari kata ‘pemeluk’.
2)      Tuhanku
Kata tuhanku berasal dari kata ‘tuhan’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi tuhan(KA/KD)+kuàtuhanku. Dan kata ‘tuhan’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘tuhanku’.
3)      Menyebut
Kata menyebut berasal dari kata ‘sebut’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+sebut(KA/KD)àmenyebut. Dan kata ‘sebut’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menyebut’.
4)      NamaMu
Kata namamu berasal dari kata ‘nama’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi nama(KA/KD)+MuànamaMu. Dan kata ‘nama’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘namaMu’.
5)      Mengingat
Kata mengingat berasal dari kata ‘ingat’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+ingat(KA/KD)àmengingat. Dan kata ‘ingat’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengingat’.
6)      CahyaMu
Kata cahayamu berasal dari kata ‘cahaya’ yang mengalami proses morfologis melesapnya vocal ‘a’ menjadi cah(a)ya(KA)àcahya yang kemudian mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi cahya(KD)+MuàcahyaMu. Dan kata ‘cahya merupakan bentuk dasar dari kata ‘cahyaMu’.
7)      Mengembara
Kata mengembara berasal dari kata ‘embara’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+embara(KA/KD)àmengembara. Dan kata ‘embara’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengembara’.
8)      PintuMu
Kata pintuMu berasal dari kata ‘pintu’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi pintu(KA/KD)+MuàpintuMu. Dan kata ‘pintu’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘pintuMu’.
9)      Mengetuk
Kata mengetuk berasal dari kata ‘ketuk’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+ketuk(KA/KD)àmengetuk. Dan kata ‘ketuk’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengetuk’.
10)  Berpaling
Kata berpaling berasal dari kata ‘paling’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+paling(KA/KD)àberpaling. Dan kata ‘paling’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘berpaling’.
11)  Kepada
Kata kepada berasal dari kata ‘pada’ yang mendapat imbuhan ‘ke-‘ menjadi ke+pada(KA/KD)àkepada. Dan kata ‘pada’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘kepada’.

Apabila dijadikan tabel, maka hasil dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai berikut:
No.
Kata
Bentuk Asal
Bentuk Dasar
1.
Tuhanku
Tuhan
Tuhan
2.
Menyebut
Sebut
Sebut
3.
NamaMu
Nama
Nama
4.
Mengingat
Ingat
Ingat
5.
CahyaMu
Cahaya
Cahya
6.
Mengembara
Embara
Embara
7.
PintuMu
Pintu
Pintu
8.
Mengetuk
Ketuk
Ketuk
9.
Berpaling
Paling
Paling
10.
Pemeluk
Peluk
Peluk
11.
Kepada
Pada
Pada
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul ‘DOA’ mayoritas memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama. Hanya ada satu kata yang memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda yakni, kata ‘cahyaMu’. Dari 11 kata yang ditemukan, 10 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, da 1 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda.

2.3.4        Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah

Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)         Bersandar
Kata bersandar berasal dari kata ‘sandar’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+sandar(KA/KD)àbersandar. Dan kata ‘sandar’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bersandar’.
2)         Depanku
Kata depanku berasal dari kata ‘depan’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi depan(KA/KD)+kuàdepanku. Dan kata ‘depan’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘depanku’.
3)         Bertudung
Kata bertudung berasal dari kata ‘tudung’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber_tudung(KA/KD)àbertudung. Dan kata ‘tudung’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bertudung’.
4)         Matamu
Kata matamu berasal dari kata ‘asal’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+asal(KA/KD)àberasal. Dan kata asal merupakan bentuk dasar dari kata ‘berasal’.
5)         Rambutmu
Kata rambutmu berasal dari kata ‘rambut’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-mu’ yang menjadi rambut(KA/KD)+muàrambutmu. Dan kata ‘rambut’ merupakan kata dasar dari kata ‘rambutmu’.
6)         Mengalun
kata mengalun berasal dari kata ‘alun’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+alun (KA/KD)àmengalun. Dan kata ‘alun’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengalun’.
7)         Bergelut
Kata bergelut berasal dari kata ‘gelut’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+gelut(KA/KD)àbergelut. Dan kata ‘gelut’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bergelut’.
8)         Menyanyi
Kata menyanyi berasal dari kata ‘nyanyi’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+nyanyi(KA/KD)àmenyanyi. Dan kata ‘nyanyi’ merupakan brntuk dasar dari kata ‘menyanyi’.
9)         Mendoa
Kata mendoa berasal dari kata ‘doa’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+doa(KA/KD)àmendoa. Dan kata ‘doa’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mendoa’.
10)     Meriak
Meriak berasal dari kata ‘riak’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+riak(KA/KD)àmeriak. Dan kata ‘riak’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘meriak’.
11)     Dadaku
Kata dadaku berasal dari kata ‘dada’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi dada(KA/KD)à dadaku. Dan kata ‘dada’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘dadaku’.
12)     Memerdu
Kata memerdu berasal dari kata ‘merdu’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+merdu (KA/KD)àmemerdu. Dan kata ‘merdu’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘memerdu’.
13)     Menarik
Kata menarik berasal dari kata ‘tarik’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tarik(KA/KD)àmenarik. Dan kata ‘tarik’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menarik’.
14)     Menari
Kata menari berasal dari kata ‘tari’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tari(KA/KD)àmenari. Dan kata ‘tari’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menari’.
15)     Hidupku
Kata hidupku berasal dari kata ‘hidup’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi hidup(KA/KD+kuàhidupku. Dan kata ‘hidup’ merupakan kata dasar dari kata ‘hidupku’.
16)     Terbuka
Kata terbuka berasal dari kata ‘buka’ yang mendapat imbuhan ‘ter-‘ menjadi ter+buka(KA/KD)àterbuka. Dan kata ‘buka’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘terbuka’.
17)     Bagiku
Kata bagiku berasal dari kata ‘bagi’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjdai bagi(KA/KD)+kuàbagiku. Dan kata ‘bagi’ merupakan bentuk dasar
dari kata ‘bagiku’.
18)     Menengadah
Kata menengadah berasal dari kata ‘tadah’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tadah(KA)àmengadah, kemudian mendapat sisipan ‘ne’ ditengah menjadi mengadah(KD)àme(ne)ngadah. Dan kata ‘mengadah’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menengadah’.
19)     Mengalir
Kata mengalir berasal dari kata ‘alir’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+alir(KA/KD)àmengalir. Dan kata ‘alir’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengalir’.
20)     Membelah
Kata membelah berasal dari kata ‘belah’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+belah(KA/KD)àmembelah. Dan kata ‘belah’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘membelah’.

Apabila dijadikan tabel, maka hasil dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai berikut:
No.
Kata
Bentuk Asal
Bentuk Dasar
1.
Bersandar
Sandar
Sandar
2.
Depanku
Depan
Depan
3.
Bertudung
Tudung
Tudung
4.
Matamu
Mata
Mata
5.
Rambutmu
Rambut
Rambut
6.
Mengalun
Alun
Alun
7.
Bergelut
Gelut
Gelut
8.
Menyanyi
Nyanyi
Nyanyi
9.
Mendoa
Doa
Doa
10.
Meriak
Riak
Riak
11.
Dadaku
Dada
Dada
12.
Memerdu
Merdu
Merdu
13.
Menarik
Tarik
Tarik
14.
Menari
Tari
Tari
15.
Hidupku
Hidup
Hidup
16.
Terbuka
Buka
Buka
17.
Bagiku
Bagi
Bagi
18.
Menengadah
Tadah
Mengadah
19.
Mengalir
Alir
Alir
20.
Membelah
Belah
Belah
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas kata-kata yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam puisinya yang berjudul ‘Sajak Putih’ memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama. Hanya satu kata saja yang memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda, yakni kata ‘menengadah’. Dari 20 kata yang ditemukan, 19 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan 1 kata memiliku bentuk asal dan bentuk dasar yang sama.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat lebih kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal adalah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal dari bentuk kompleks. Perbedaan antara bentuk dasar dan bentuk asal yakni: bentuk dasar bisa merupakan bentuk tunggal, bisa juga bentuk yang kompleks, namun bentuk asal sudah pasti bentuk tunggal. Tunggal disini maksudnya adalah kata yang terdiri dari satu morfem, sedangkan kompleks merupakan kata yang terdiri dari dua atau lebih morfem.
Pada analisis bentuk asal dan bentuk dasar pada puisi-puisi karya Chairil Anwar, kamu mengampil sampel 4 puisi saja yakni; Aku, Selamat Tinggal, Doa, dan Sajak Putih. Dari empat puisi tersebut diperoleh data sebagai berikut, “dari 51 kata yang ditemukan yang mengalami proses morfologis(Aku: 12 kata, Selamat Tinggal: 8 kata, Doa: 11 kata, dan Sajak Putih:20 kata), 48 kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan sisanya tiga kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda”. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Chairil Anwar, dalam menulis puisi-puisinya, kebanyakan menggunakan kata-kata yang mengalami satu kali saja proses morfologis. Karena itu, banyak sekali ditemukan data-data yang memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama.



Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarya:Gadjah Mada University Press.
Ramlan. 1985. MORFOLOGI: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar