
BENTUK DASAR DAN BENTUK ASAL DALAM PUISI-PUISI
KARYA CHAIRIL ANWAR
KARYA CHAIRIL ANWAR
MAKALAH
guna
memenuhi tugas mata kuliah morfologi II
oleh:
Utami Retno Wulandari: 130110201056
Agnes Ridah Ratnia: 130110201011
Santi Setyo Wulandari: 130110201044
Agnes Ridah Ratnia: 130110201011
Santi Setyo Wulandari: 130110201044
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Morfologi merupakan bagian
dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Banyak hal yang dipelajari dalam morfologi ini, salah satunya ialah yang akan
kami analisis yakni mengenai Bentuk Dasar dan Bentuk Asal. Secara singkat,
dapat di definisikan bahwa bentuk asal adalah suatu bentuk kata terkecil tungal
yang mengasali sebuah kata yang kompleks, sedangkan bentuk dasar merupakan
bagian kata bisa tunggal maupun kompleks yang mendasari kata yang kompleks.
Pada kesempatan kali
ini, kami akan mencoba menguak tentang apa itu bentuk dasar dan bentuk asal,
kemudian apa yang membedakan antara dua kata tersebut, dan menerapkannya dalam
karya sastra. Karya sastra yang coba kami analisis bentuk asal dan bentuk
dasarnya yakni, puisi-puisi karya Chairil Anwar.
Dalam penulisan puisi,
pemilihan kata yang digunakan penyair kadang menyimpang dari kata yang wajar
atau kata-kata pada umumnya. Penggabungan dua kata yang berbeda kelas katanya
menjadi sebuah frasa yang tidak bisa dijangkau dengan logika, seperti aroma
hitam (aroma:bau, hitam:warna), sajak putih (sajak:tulisan, putih:warna), desahan
rindu, kelambu berjalan, dan sebagainya. Pemilihan kata yang seirama pun juga
perlu dipertimbangkan oleh seorang penyair, karena dalam puisi tidak hanya
sekedar tulisan namun juga harus mengandung unsur estetika di dalamnya. Inilah
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kami untuk menganalisis bentuk asal dan
bentuk dasar dari karya sastra puisi, khususnya puisi-puisi karya Chairil
Anwar.
Dilihat dari bidang kajiannya, bentuk asal dan bentuk dasar merupakan
bagian dari kajian morfologi yang merupakan salah satu ilmu kebahasaan.
Sedangkan puisi merupakan salah satu kajian tentang ilmu sastra. Meskipun
secara definisi, teori maupun bidang kajian kedua bidang ilmu ini saling
bertolak belakang, namun pada dasarnya kedua bidang ini sangat berkaitan erat. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari penulisan sebuah puisi. Dimana seorang penyair
akan melesapkan huruf atau menambahi vocal pada sebuah kata untuk menimbulkan
estetika dari puisi tersebut. saat pelesapan ataupun menambahan huruf merupakan
bagian dari proses morfologi, itulah mengapa sebenarnya kedua bidang kajian ini
saling berhubungan.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, maka hal-hal yang akan di bahas dalam makalah
ini akan kami rumuskan sebagai berikut:
1.2.1
Apa definisi dari bentuk dasar dan
bentuk dasar?
1.2.2
Bagaimana perbedaan bentuk dasar dan
bentuk asal?
1.2.3
Bagaimana analisis bentuk dasar dan
bentuk asal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar?
1.3
Tujuan
Sesuai dengan masalah-masalah yang kami rumuskan, maka tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1
Untuk mengetahui apa definisi dari
bentuk dasar dan bentuk dasar.
1.3.2
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan
bentuk dasar dan bentuk asal.
1.3.3
Untuk mengetahui bagaimana analisis
bentuk dasar dan bentuk asal dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Bentuk Dasar dan Bentuk Asal
(Ramlan 1985:44)
menjelaskan bahwa bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal
sesuatu kata yang kompleks, sedangkan bentuk dasar merupakan satuan, baik
tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih
besar.
Secara sederhana bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat lebih
kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal adalah
bentuk yang paling kecil yang menjadi asal dari bentuk kompleks. Misalnya,
kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an
menjadi pakaian, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berpakaian. Dan
jika dikaitkan dengan bentuk dasar, kata berpakaian terbentuk dari bentuk dasar
pakaian dengan aiks ber- dan bentuk pakaian terbentuk dari kata dasar pakai
yang mendapat afiks –an.
2.2
Perbedaan
Bentuk Dasar dan Bentuk Tunggal
Perbedaan antara bentuk
dasar dan bentuk asal yakni: bentuk dasar bisa merupakan bentuk tunggal, bisa
juga bentuk yang kompleks, namun bentuk asal sudah pasti bentuk tunggal (Ramlan
1985:45). Maksudnya tunggal disini adalah bagian terkecil dari kata yang belum
atau tidak mendapat imbuhan apapun, sedangkan kompleks merupakan bagian kata
yang sudah mendapat imbuhan atau sudah mengalami proses morfologis.
Bentuk kata seperti
tono; tini; di; jalan; yang; ramai; itu kita sebut kata yang masing-masing
terdiri dari satu morfem itu bentuk tunggal. Sedangkan
kata-kata yang melarang, yang terdiri dari morfem me– + larang (dua
morfem) dan bermain terdiri dari dua morfem ber- + main disebut bentuk
kompleks. Dapat disimpulkan kata
yang berdiri sendiri dari hanya satu morfem disebut bentuk tunggal dan kata
yang terdiri dari dua morfem atau lebis disebut bentuk rangkap (kompleks).
2.3
Bentuk
Asal dan Bentuk Dasar pada Puisi-Puisi karya Chairil Anwar
Chairil Anwar merupakan
salah satu tokoh sastrawan yang sangat terkenal di Indonesia. Beliau merupakan
sastrawan yang banyak menyumbangkan karyanya di negri tercinta ini. Salah satu
puisinya yang terkenal yakni “AKU”. Puisi-puisi karya Chairil anwar ini bahkan
sudah banyak yang dibukukan, yang jumlahnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi.
Namun, pada analisis kali ini, kami tidak menyajikan semua puisi-puisi karya
Chairil anwar. Dari beberapa banyak puisi karya Chairil Anwar, kami hanya
mengambil empat puisi saja yang akan kami analisis bentuk asal dan bentuk
dasarnya. Empat puisi tersebut yakni; Aku, Selamat Tinggal, Doa, dan Sajak
Putih.
Dalam penulisan puisi,
seorang penyair tidak menggunakan kata yang baku dalam menulis puisinya.
Pemilihan kata dalam penulisan puisi biasanya dipersingkat atau beberapa
hurufnya di lesapkan agar ada nilai estetikanya. Selain itu, persamaan irama
juga dipertimbangkan oleh penyair dalam menulis puisinya. Altenberd (dalam
Rachmad Djoko Pradopo 1987:54) mengatakan bahwa, untuk mendapatkan kepadatan
dan intensitas serta supaya selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain,
maka penyair memili kata-kata dengan secermat-cermatnya.
Berikut analisis bentuk
dasar dan bentuk asal pada puisi-puisi karya Chairil Anwar:
2.3.1
Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah
mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)
Waktuku
Kata waktuku berasal dari kata asal ‘waktu’ yang mendapat
imbuhan klitika ‘-ku ‘ menjadi waktu (KA/KD)+kuàwaktuku. Dan kata waktu merupakan kata dasar dari
waktuku.
2)
Seorang
Kata seorang berasal dari kata ‘orang’ yang mendapat
awalan ‘se-‘ menjadi se+orang (KA/KD)àseorang. Dan kata ‘orang’ merupakan kata dasar seorang
yang mendapat awalan ‘se-‘
3)
Kan
Kata ‘kan’ berasal dari kata ‘akan’ yang mengalami prosen
morfologis dengan melesap atau hilangnya vocal ‘a’ menjadi (a)-kanàkan. Dan kata
‘akan’ juga merupakan kata dasar dari ‘kan’.
4)
Merayu
Kata merayu berasal dari kata ‘rayu’ yang mendapat awalan
‘me-‘ menjadi me+rayu (KA/KD)àmerayu. Dan
kata ‘rayu’ merupakan kata dasar dari ‘merayu’.
5)
Kumpulannya
Kata kumpulannya berasal dari kata ‘kumpul’ yang mendapat
imbuhan ‘-an’ dan kemudian mendapat imbuhan ‘-nya’ menjadi kumpul (KA)+anàkumpulan (KD) +nyaà kumpulanya.
Dan kata ‘kumpulan’ merupakan kata dasar dari kata ‘kumpulannya’.
6)
Terbuang
Kata terbuang berasal dari kata ‘buang’ yang mendapat
awalan ‘ter-‘ menjadi ter+buang (KA/KD)àterbuang. Dan kata ‘buang’ merupakan kata dasar dari
‘terbuang’.
7)
Menembus
Kata menembus berasal dari kata’tembus’ yang mendapat
awalan ‘meN-‘ menjadi meN+tembus (KA/KD)àmenembus. Dan kata ‘tembus’ merupakan kata dasar dari
kata ‘menembus’.
8)
Kulitku
Kata kulitku berasal dari kata ‘kulit’ yang mendapat
imbuhan klitika ‘-ku/aku’ menjadi kulit (KA/KD)+kuàkulitku. Dan
kata ‘kulit’ merupakan bentuk dasar dari ’kulitku’.
9)
Meradang
Kata meradang berasal dari kata ‘radang’ yang mendapatkan
imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+radang (KA/KD)àmeradang. Dan kata ‘radang’ merupakan bentuk dasar dari
kata ‘meradang’.
10) Menerjang
Kata menerjang berasal dari kata ‘terjang’ yang mendapat
awalan ‘meN-‘ menjadi meN+terjang (KA/KD)àmenerjang. Dan kata ‘terjang’ merupakan bentuk dasar dari
kata ‘menerjang’.
11) Kata kubawa
Kubawa berasal dari kata ‘bawa’ yang mendapat imbuhan
klitika ‘-ku’ diawal menjadi Ku+bawa (KA/KD)àkubawa. Dan kata ‘bawa’ merupakan bentuk dasar dari kata
‘kubawa’.
12) Berlari
Kata berlari berasal dari kata ‘lari’ yang mendapat
imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+lari (KA/KD)àberlari. Dan kata ‘lari’ merupakan bentuk dasar dari kata
‘berlari’.
Apabila dijadikan tabel, maka hasil
dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai
berikut:
No.
|
Kata
|
Bentuk Asal
|
Bentuk Dasar
|
1.
|
Waktuku
|
Waktu
|
Waktu
|
2.
|
Seorang
|
Orang
|
Orang
|
3.
|
Kan
|
Akan
|
Akan
|
4.
|
Merayu
|
Rayu
|
Rayu
|
5.
|
Kumpulannya
|
Kumpul
|
Kumpulan
|
6.
|
Terbuang
|
Buang
|
Buang
|
7.
|
Menembus
|
Tembus
|
Tembus
|
8.
|
Kulitku
|
Kulit
|
Kulit
|
9.
|
Meradang
|
Radang
|
Radang
|
10.
|
Menerjang
|
Terjang
|
Terjang
|
11.
|
Kubawa
|
Bawa
|
Bawa
|
12.
|
berlari
|
Lari
|
Lari
|
Dari tabel
diatas dapat di lihat bahwa mayoritan dari kata-kata yang digunakan Chairil
Anwar dalam puisinya yang berjudul ‘AKU’ memiliki bentuk asal dan bentuk dasar
yang sama, hanya satu saja yakni kata ‘kumpulannya’ yang memilki bentu dasar
dan bentuk asal yang berbeda. Dari 12 kata yang ditemukan, 11 kata memiliki
bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan 1 kata memiliki bentuk asal dan
bentuk dasar yang berbeda.
2.3.2
Selamat Tinggal
Aku berkaca
Ini muka penuh
luka
Siapa yang
punya?
Kudengar seru menderu
Dalam hatiku?
Apa hanya angin
lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam
pula
Ah……!!
Segala menebal,
segala mengental
Segala tak kukenal……!!
Selamat
tinggal…..!!
Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah
mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1) Berkaca
Kata berkaca berasal dari kata
‘kaca’ yang mendapat imburah ‘ber-‘ menjadi ber+kaca(KA/KD)àberkaca.
Dan kata ‘kaca’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘berkaca’.
2) Kudengar
Kata kudengar berasal dari kata
‘dengar’ yang mendapat imbuhan klitika ‘ku-‘ menjadi ku+dengar (KA/KD)àkudengar.
Dan kata ‘dengar’ merupakan bentuk dasar bagi kata ‘kudengar’.
3) Menderu
Kata menderu berasal dari kata
‘deru’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+deru(KA/KD)àmenderu.
Dan kata ‘deru’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menderu’.
4) Hatiku
Kata hatiku berasal dari kata
‘hati’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi hati(KA/KD)+kuàhatiku.
Dan kata ‘hati’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘hatiku’.
5) Menggelepar
Kata menggelepar berasal dari kata
‘gelepar’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+gelepar(KA/KD)àmenggelepar.
Dan kata ‘gelepar’ merupakan kata dasar dari kata ‘menggelepar’.
6) Menebal
Kata menebal berasal dari kata
‘tebal’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tebal(KA/KD)àmenebal.
Dan kata ‘tebal’ merupakan kata dasar
dari kata ‘menebal’.
7) Mengental
Kata mengental berasal dari kata
‘kental’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+kental(KA/KD)àmengental.
Dan kata ‘kental’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengental’.
8) Kukenal
Kata kukenal berasal dari kata
‘kenal’ yang mendapat imbuhan klitika ‘ku-‘ menjadi ku+kenal(KA/KD)àkukenal.
Dan kata ‘kenal’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘kukenal’.
Apabila dijadikan tabel, maka hasil
dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai
berikut:
No.
|
Kata
|
Bentuk Asal
|
Bentuk Dasar
|
1.
|
Berkaca
|
Kaca
|
Kaca
|
2.
|
Kudengar
|
Dengar
|
Dengar
|
3.
|
Menderu
|
Deru
|
Deru
|
4.
|
Hatiku
|
Hati
|
Hati
|
5.
|
Menggelepar
|
Gelepar
|
Gelepar
|
6.
|
Menebal
|
Tebal
|
Tebal
|
7.
|
Mengental
|
Kental
|
Kental
|
8.
|
Kukenal
|
Kenal
|
Kenal
|
Dari tabel
diatas, dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan Chairil Anwar dalam
puisinya yang berjudul ‘Selamat Tinggal’ keseluruhannya memiliki bentuk asal
dan bentuk dasar yang sama. Semuanya hanya mengalami proses morfologis satu
kali. Dari 8 kata yang ditemukan, semuanya memiliki bentuk asal dan bentuk
dasar yang sama.
2.3.3
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CahyaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CahyaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah
mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1) Pemeluk
Kata pemeluk berasal dari kata
‘peluk’ yang mendapat imbuhan ‘peN-‘ menjadi peN+peluk(KA/KD)àpemeluk.
Dan kata ‘peluk merupakan kata dasar dari kata ‘pemeluk’.
2) Tuhanku
Kata tuhanku berasal dari kata
‘tuhan’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi tuhan(KA/KD)+kuàtuhanku.
Dan kata ‘tuhan’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘tuhanku’.
3) Menyebut
Kata menyebut berasal dari kata ‘sebut’
yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+sebut(KA/KD)àmenyebut.
Dan kata ‘sebut’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menyebut’.
4) NamaMu
Kata namamu berasal dari kata
‘nama’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi nama(KA/KD)+MuànamaMu.
Dan kata ‘nama’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘namaMu’.
5) Mengingat
Kata mengingat berasal dari kata
‘ingat’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+ingat(KA/KD)àmengingat.
Dan kata ‘ingat’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengingat’.
6) CahyaMu
Kata cahayamu berasal dari kata
‘cahaya’ yang mengalami proses morfologis melesapnya vocal ‘a’ menjadi
cah(a)ya(KA)àcahya
yang kemudian mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi cahya(KD)+MuàcahyaMu.
Dan kata ‘cahya merupakan bentuk dasar dari kata ‘cahyaMu’.
7) Mengembara
Kata mengembara berasal dari kata
‘embara’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+embara(KA/KD)àmengembara.
Dan kata ‘embara’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengembara’.
8) PintuMu
Kata pintuMu berasal dari kata
‘pintu’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-Mu (TUHAN)’ menjadi pintu(KA/KD)+MuàpintuMu.
Dan kata ‘pintu’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘pintuMu’.
9) Mengetuk
Kata mengetuk berasal dari kata
‘ketuk’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+ketuk(KA/KD)àmengetuk.
Dan kata ‘ketuk’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengetuk’.
10) Berpaling
Kata berpaling berasal dari kata
‘paling’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+paling(KA/KD)àberpaling.
Dan kata ‘paling’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘berpaling’.
11) Kepada
Kata kepada berasal dari kata ‘pada’
yang mendapat imbuhan ‘ke-‘ menjadi ke+pada(KA/KD)àkepada.
Dan kata ‘pada’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘kepada’.
Apabila dijadikan tabel, maka hasil
dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai
berikut:
No.
|
Kata
|
Bentuk Asal
|
Bentuk Dasar
|
1.
|
Tuhanku
|
Tuhan
|
Tuhan
|
2.
|
Menyebut
|
Sebut
|
Sebut
|
3.
|
NamaMu
|
Nama
|
Nama
|
4.
|
Mengingat
|
Ingat
|
Ingat
|
5.
|
CahyaMu
|
Cahaya
|
Cahya
|
6.
|
Mengembara
|
Embara
|
Embara
|
7.
|
PintuMu
|
Pintu
|
Pintu
|
8.
|
Mengetuk
|
Ketuk
|
Ketuk
|
9.
|
Berpaling
|
Paling
|
Paling
|
10.
|
Pemeluk
|
Peluk
|
Peluk
|
11.
|
Kepada
|
Pada
|
Pada
|
Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa kata-kata yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam
puisinya yang berjudul ‘DOA’ mayoritas memiliki bentuk asal dan bentuk dasar
yang sama. Hanya ada satu kata yang memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang
berbeda yakni, kata ‘cahyaMu’. Dari 11 kata yang ditemukan, 10 kata memiliki
bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, da 1 kata memiliki bentuk asal dan
bentuk dasar yang berbeda.
2.3.4
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna
pelangi
Kau depanku
bertudung sutra senja
Di hitam matamu
kembang mawar dan melati
Harum rambutmu
mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi,
malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam
jiwa
Dan dalam dadaku
memerdu lagu
Menarik menari
seluruh aku
Hidup dari hidupku,
pintu terbuka
Selama matamu
bagiku menengadah
Selama kau darah
mengalir dari luka
Antara kita mati
datang tidak membelah
Dari puisi di atas, berikut kata-kata yang sudah
mengalami proses morfologis beserta bentuk asal dan bentuk dasarnya:
1)
Bersandar
Kata bersandar berasal dari kata
‘sandar’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+sandar(KA/KD)àbersandar.
Dan kata ‘sandar’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bersandar’.
2)
Depanku
Kata depanku berasal dari kata
‘depan’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi depan(KA/KD)+kuàdepanku.
Dan kata ‘depan’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘depanku’.
3)
Bertudung
Kata bertudung berasal dari kata
‘tudung’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber_tudung(KA/KD)àbertudung.
Dan kata ‘tudung’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bertudung’.
4)
Matamu
Kata matamu berasal dari kata
‘asal’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+asal(KA/KD)àberasal.
Dan kata asal merupakan bentuk dasar dari kata ‘berasal’.
5)
Rambutmu
Kata rambutmu berasal dari kata
‘rambut’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-mu’ yang menjadi rambut(KA/KD)+muàrambutmu.
Dan kata ‘rambut’ merupakan kata dasar dari kata ‘rambutmu’.
6)
Mengalun
kata mengalun berasal dari kata
‘alun’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+alun (KA/KD)àmengalun.
Dan kata ‘alun’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengalun’.
7)
Bergelut
Kata bergelut berasal dari kata
‘gelut’ yang mendapat imbuhan ‘ber-‘ menjadi ber+gelut(KA/KD)àbergelut.
Dan kata ‘gelut’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘bergelut’.
8)
Menyanyi
Kata menyanyi berasal dari kata
‘nyanyi’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+nyanyi(KA/KD)àmenyanyi.
Dan kata ‘nyanyi’ merupakan brntuk dasar dari kata ‘menyanyi’.
9)
Mendoa
Kata mendoa berasal dari kata ‘doa’
yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+doa(KA/KD)àmendoa.
Dan kata ‘doa’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mendoa’.
10) Meriak
Meriak berasal dari kata ‘riak’
yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+riak(KA/KD)àmeriak.
Dan kata ‘riak’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘meriak’.
11) Dadaku
Kata dadaku berasal dari kata
‘dada’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi dada(KA/KD)à
dadaku. Dan kata ‘dada’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘dadaku’.
12) Memerdu
Kata memerdu berasal dari kata
‘merdu’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+merdu (KA/KD)àmemerdu.
Dan kata ‘merdu’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘memerdu’.
13) Menarik
Kata menarik berasal dari kata
‘tarik’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tarik(KA/KD)àmenarik.
Dan kata ‘tarik’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menarik’.
14) Menari
Kata menari berasal dari kata
‘tari’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tari(KA/KD)àmenari.
Dan kata ‘tari’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menari’.
15) Hidupku
Kata hidupku berasal dari kata
‘hidup’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjadi hidup(KA/KD+kuàhidupku.
Dan kata ‘hidup’ merupakan kata dasar dari kata ‘hidupku’.
16) Terbuka
Kata terbuka berasal dari kata
‘buka’ yang mendapat imbuhan ‘ter-‘ menjadi ter+buka(KA/KD)àterbuka.
Dan kata ‘buka’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘terbuka’.
17) Bagiku
Kata bagiku berasal dari kata
‘bagi’ yang mendapat imbuhan klitika ‘-ku’ menjdai bagi(KA/KD)+kuàbagiku.
Dan kata ‘bagi’ merupakan bentuk dasar
dari kata ‘bagiku’.
dari kata ‘bagiku’.
18) Menengadah
Kata menengadah berasal dari kata
‘tadah’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+tadah(KA)àmengadah,
kemudian mendapat sisipan ‘ne’ ditengah menjadi mengadah(KD)àme(ne)ngadah.
Dan kata ‘mengadah’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘menengadah’.
19) Mengalir
Kata mengalir berasal dari kata
‘alir’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+alir(KA/KD)àmengalir.
Dan kata ‘alir’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘mengalir’.
20) Membelah
Kata membelah berasal dari kata
‘belah’ yang mendapat imbuhan ‘meN-‘ menjadi meN+belah(KA/KD)àmembelah.
Dan kata ‘belah’ merupakan bentuk dasar dari kata ‘membelah’.
Apabila dijadikan tabel, maka hasil
dari analisis bentuk asal dan bentuk dasar yang kami temukan adalah sebagai
berikut:
No.
|
Kata
|
Bentuk Asal
|
Bentuk Dasar
|
1.
|
Bersandar
|
Sandar
|
Sandar
|
2.
|
Depanku
|
Depan
|
Depan
|
3.
|
Bertudung
|
Tudung
|
Tudung
|
4.
|
Matamu
|
Mata
|
Mata
|
5.
|
Rambutmu
|
Rambut
|
Rambut
|
6.
|
Mengalun
|
Alun
|
Alun
|
7.
|
Bergelut
|
Gelut
|
Gelut
|
8.
|
Menyanyi
|
Nyanyi
|
Nyanyi
|
9.
|
Mendoa
|
Doa
|
Doa
|
10.
|
Meriak
|
Riak
|
Riak
|
11.
|
Dadaku
|
Dada
|
Dada
|
12.
|
Memerdu
|
Merdu
|
Merdu
|
13.
|
Menarik
|
Tarik
|
Tarik
|
14.
|
Menari
|
Tari
|
Tari
|
15.
|
Hidupku
|
Hidup
|
Hidup
|
16.
|
Terbuka
|
Buka
|
Buka
|
17.
|
Bagiku
|
Bagi
|
Bagi
|
18.
|
Menengadah
|
Tadah
|
Mengadah
|
19.
|
Mengalir
|
Alir
|
Alir
|
20.
|
Membelah
|
Belah
|
Belah
|
Dari tabel diatas,
dapat dilihat bahwa mayoritas kata-kata yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam
puisinya yang berjudul ‘Sajak Putih’ memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang
sama. Hanya satu kata saja yang memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang
berbeda, yakni kata ‘menengadah’. Dari 20 kata yang ditemukan, 19 kata memiliki
bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan 1 kata memiliku bentuk asal dan
bentuk dasar yang sama.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Bentuk dasar adalah bentuk yang satu tingkat
lebih kecil dan menjadi dasar dari bentuk kompleks, sedangkan bentuk asal
adalah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal dari bentuk kompleks. Perbedaan
antara bentuk dasar dan bentuk asal yakni: bentuk dasar bisa merupakan bentuk
tunggal, bisa juga bentuk yang kompleks, namun bentuk asal sudah pasti bentuk
tunggal. Tunggal disini maksudnya
adalah kata yang terdiri dari satu morfem, sedangkan kompleks merupakan kata
yang terdiri dari dua atau lebih morfem.
Pada analisis bentuk asal dan bentuk dasar pada
puisi-puisi karya Chairil Anwar, kamu mengampil sampel 4 puisi saja yakni; Aku,
Selamat Tinggal, Doa, dan Sajak Putih. Dari empat puisi tersebut diperoleh data
sebagai berikut, “dari 51 kata yang ditemukan yang mengalami proses morfologis(Aku:
12 kata, Selamat Tinggal: 8 kata, Doa: 11 kata, dan Sajak Putih:20 kata), 48
kata memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang sama, dan sisanya tiga kata
memiliki bentuk asal dan bentuk dasar yang berbeda”. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Chairil Anwar, dalam menulis puisi-puisinya, kebanyakan
menggunakan kata-kata yang mengalami satu kali saja proses morfologis. Karena
itu, banyak sekali ditemukan data-data yang memiliki bentuk asal dan bentuk
dasar yang sama.
Daftar
Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi.
Yogyakarya:Gadjah Mada University Press.
Ramlan. 1985. MORFOLOGI:
Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar