Senin, 29 Februari 2016

Pekan Chairil Anwar 2015

Banyuwangi merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi adalah Kota yang terkenal akan adat istiadat dan budayanya. Suku asli Banyuwangi sendiri disebut dengan suku Osing yang terletak di Desa kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Selain adat istiadat, Banyuwangi juga terkenal akan Tari-Tariannya.

Pada 30 September 2015, Fakultas Sastra, Sastra Indonesia , Universitas Jember enggelar acara Pekan Chairil Anwar. Dalam acara ini, budaya yang diangkat adalah budaya Banyuwangi. Budaya Banyuwangi yang ditampilkan dalam acara ini yakni:

1. Tari Aji Kembang Jaran Goyang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pria yang memikat seorang wanita menggunakan mantra yang disebut dengan Aji Kembang Jaran Goyang. Dalam masyarakat Banyuwangi sendiri, cara memikat seseorang dengan cara seperti ini disebut dengan PELET.

2. Tari Kembang Goyang
Tari ini menceritakan tentang seorang gadis yang menjadi Kembang Desa atau Bunga Desa di Wilayahnya.


3. Tari Jejer Gandrung Jaran Dawuk
Tarian ini merupakan tarian yang paling terkenal dari Banyuwangi. Tari ini biasanya digunakan untuk penghoratan pada pembukaan suatu acara, atau juga untuk penerimaan tamu.

3.Lagu Gerajagan Banyuwangi
Lagu ini merupakan lagu daerah Banyuwangi. Lagu ini menceritakan tentang sebuah tempat di Banhyuwangi yakni gerajagan Banyuwangi. Gerajagan sendiri merupakan sebuah pantai.

Aplikasi penghasil dollar: Whaff Rewards, Mcent, dan tap Cash

Pastinya sudah tidak ada yang asing lagi yaa dengan aplikasi-aplikasi yang bisa menghasilkan dollar ataupun pulsa. Hanya dengan modal HP Android saja, kita sudah bisa menghasilkan uang dalam bentuk dollar ataupun pulsa. Daripada android hanya digunakan untuk media sosial yang tergolong menghabiskan kuota, bukankah lebih baik memanfaatkannya dengan menginstal aplikasi-aplikasi yang lebih menguntunhkan?

Nah, kali ini saya akan memperkenalkan beberapa aplikasi yang dapat menghasilkan uang.
1. Whaff Rewards
   Whaff Rewards merupakan aplikasi penghasil dollar terbaik pada masa ini. cara menghasilkan dolarnyapun cukup mudah, hanya dengan mendownload dan menginstal aplikasi-aplikasi yang disediakan oleh Whaff Rewards anda sudah dengan mudah mendapatkan dollar. caranya sangat mudah, cukup instal Whaff Rewards di PlayStore anda, kemudian log in ke FB anda. Setelah log in, masukkan kode CE11614 untuk mendapatkan $0.30 di awal. Apabila tidak memasukkan kode, maka dollar tidak bertambah. kemudian tinggal mendownload aplikasi-aplikasi yang ditawarkan untuk menambah dollar. dollar dapat ditukarkan melalui akun paypal dan kemudian disalurkan ke rekening anda. mudah kan? 

2. Mcent
    Berbedan dengan Whaff yang dapat menghasilkan dollar, aplikasi ini dapat menghasilkan pulsa yang langsung dapat di transfer ke  nomor Hp anda. Caranya cukup mudah, download Mcent DI SINI.
Sama halnya dengan Whaff Rewards, untuk mendapatkan pulsa gratis anda hanya perlu memndownload dan enginstal aplikasi yang disediakan oleh Mcent untuk mendapatkan pulsa gratis. pulsa yang didapatkan dapat ditukarkan ke semua operator. Sangat mudah.

3. Tap Cash
   Secara teknis, aplikasi ini sama dengan Whaff Rewards yang dapat menghasilkan dollar. Namun perbedaannya, jika pada Whaff Rewards menggunakan dollar, pada Tap Cash menggunakan Poin. Dimana 500 poin setara dengan 0.5 dollar. cara mendapatkannya sama seperti Whaff, tinggal download di PlayStore dan jalankan aplikasinya. masukkan kode  8640978 untuk endapatkan poin pertama.

Itulah beberapa apikasi penghasil uang yang saya gunakan sekarang ini. semoga bermanfaat dan selamat mencoba yaa :)

Kwill - Please Don't MV


Kwill ini adalah salah satu penyanyi ballad korea yang sukai. Kebanyakan, lagu yang dinyanyikan Kwill memiliki terjemahan yang dalam di hati. Ini adalah salah satu lagu dari Kwill yang membuat heboh dan menggemparkan dunia karena MVnya, yang berjudul Please Don't. Kalau dilihat dari liriknya , lagu ini sama seperti lagu-lagu ballad sejenisnya, menceritakan tentang cowok yang tidak bisa merelakan kekasihnya atau pujaan hatinya pergi. Sesuai dengan Judulnya please don't yang berarti jangan pergi dalam Bahasa Indonesia. Tapi setelah melihat MVnya, eemmmm,,, rada-rada bingung campur aduk, begitulah...

MV ini sendiri diperankan oleh 3 tokoh, Seo In Guk (pemain drama Repply 1997), Dasom (salah satu personil girlband SISTAR), dan Ahn Jae Hyun (pemain drama Blood). Kesan pertama liat MV ini, saya pikir ceritanya gini: ada 3 sahabat yang hidup bersama, Seo In Guk, Dasom, dan Ahn Jae Hyun. Dua cowok tersebut sama-sama suka dengan dasom, dan Dasom suka pada Ahn Jae Hyun. Dalam MV itu digambarkan bagaimana sedih dan cemburunya Seo In Guk pas liat Dasom sama Ahn Jae Hyun bersama. Sampek tengah cerita, dasom sama Ahn Jae Hyun ini menikah dan galaulah si Seo In Guk. Bisa diliat di MV itu pas Seo In Guk nangis sama marah-marah di dalem mobil dengan adanya sosok Dasom disana, meskipun pada akhirnya sosok dasom itu cuma bayangan. tapi betapa kagetnya saya pas liat Seo In Guk merobek foto pernikahannya Dasom sama Ahn Jae Hyun, dan menyatukan fotonya (seo in guk) sama Ahn Jae Hyun. Dan barulah saya sadar kalau sebenernya, Seo In Guk itu tidak suka sama Dasom, melainkan sama Ahn Jae Hyun.OMG....

Banyak versi sebenernya mengenai MV ini. ada yang berpendapat bahwa MV ini menceritakan tentang homoseksual, ada juga yang berpendapat bahwa sebenernya Seo In Guk sama Ahn Jae Hyun itu sudah menikah dan Daso cuma masa lalunya, ada juga yang berpendapat bahwa Seo In Guk cemburu melihat sahabatnya Ahn Jae Hyun sama Dasom menikah sedangkan dirinya belum, dan masih banyak pendapat-pendapat lain. 

Setelah ngeliat MV ini sama translate indonesianya,saya bisa menyimpulkan bagaimanya sebenarnya cerita dalam MV ini. jadi, kalok menurut saya, MV ini memang menceritakan tentang Seo In Guk yang menyukai Ahn Jae Hyun. Pertanyaannya, kenapa pas didalam mobil Seo In Guk duduk dengan Dasom? kalau menurut saya, Seo In Guk itu marah sama dirinya sendiri, karena menyukai sesama jenisnya. Seo In Guk mencoba memunculkan sosok Dasom dalam bayangannya untuk meyakinkan dirinya bahwa sebenarnya yang dia sukai itu dasom, bukan Ahn Jae Hyun. Tapi ternyata bukan begitu, orang yang disukai Seo In Guk bukan daso, tapi Ahn Jae Hyun. karena pada akhirnya, meskipun Seo In Guk mencoba memunculkan sosok Dasom pada bayangannya, namun yang muncul hanyalah sosol Ahn Jae Hyun, (bisa dilihat di akhir cerita).

naahh,, itulah cerita dibalik MV Kwill Please Dont menurut versi saya. Kalau mau lihat official MVnya, liat disini yaaa https://www.youtube.com/watch?v=PdUiCJnRptk.

Resume BAB I Estetika Sastra dan Budaya, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU.



PENDAHULUAN
Estetika termasuk salah satu cabang ilmu filsafat sejak zaman yunani kuno hingga pertengahan abad ke18.  Baumgarten merupakan tokoh yang berhasil membuat estetika menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ilmu-ilmu humaniora, estetika merupakan ilmu wajib yang harus ditempuh baik S1, S2 maupun S3. Hal ini dikarenakan dalam sastra, dominasi ilmu didalamnya adalah tentang keindahan, dimana keindahan ini masuk dalam ilmu estetika. Alasan sebuah karya sastra disebut indah dan bermutu, ataupun sebuah karya sastra dikatakan tidak indah dan tidak bermutu, dibahas secara mendalam pada ilmu estetika ini.
Dalam ilmu estetika, filsafat menyediakan dasar-dasar filosofisnya, sastra melalui medium bahasanya, lapangan menyediakan sumber serta tempat untuk pengaplikasiannya. Dengan kata lain, estetika membahas tentang bahasa, sastra, dan kebudayaan.
1.1              Etimologi, Definisi, dan Permasalahan Umum Estetika
Estetika merupakan cabang ilmu filsafat metafisik,  yang membahas tentang keindahan. Alexander Gottlieb Baumgarten (1750) mulai membedakan antara pengetahuan inderawi dengan pengetahuan intelektual, mempersempit presepsi artistik sekaligus membedakan antara pengalaman artistik dengan pengalaman indera yang lain. Atas dasar inilah yang digunakan Baumgarten kemudian mencetuskan Estetika sebagai ilmu mandiri dan memisahkannya dari ilmu filsafat.
Secara etimologis (Shipley, 1957:21) estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu: aistheta, yang juga diturunkan dari aisthe yang berarti “hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indra, tanggapan indra”. Dalam bahasa Indonesia, orang yang ahli dalam ilmu keindahan/estetika disebut dengan estetikus, bersifat indah disebut estetis, ilmu tentang keindahan disebut estetika. Dalam teori-teori kontemporer, hakikat keindahan dapat dipahami dengan menyambung atau menghubungkan hakikat subjek dan objek. Dalam menyambung maupun menghubungkan subjek dan objek dalam ilmu keindahan membutuhkan kemahiran, keterampilan, yang secara tidak langsung menibulkan konotasi yang bersifat teknis.
Dikaitkan dengan kemampuan subjek untuk memahami suatu onjek pada umumnya, estetika berhubungan dengan fungsi lidah, selera, dan perasaan, sebagai citarasa, presepsi indra. Pada umumnya, masalah-masalah keindahan dikaitkan dengan seni murni, yaitu: seni sastra, seni lukis, seni patung, seni pahat, seni artistik, dan seni music, yang dipertentangkan dengan seni mekanis, seni bermanfaat, atau seni terapan, seperti: pakaian, mobil, senjata, permadani, perhiasan, dan sebagainya. Masalah-masalah selanjutnya yang dibahas dalam estetika yakni: hubungan estetika di satu pihak, bahasa, sastra, dan kebudayaan di pihak lain.
1.2              Sumber Estetika
Timbul empat kemungkinan mengenai sumber utama keindahan, yakni: Tuhan, karya seni itu sendiri, seniman, dan penikmat. Mengingat segala hal tercipta dri kekuasaan, kekuatan, kebesaran, serta kemulyaan Tuhan, maka dapat dikatakan bahwa sumber utama keindahan adalah Tuhan. hal ini dikuatkan lagi dengan segala hal ciptaan Tuhan itu indah. Mengingat usia waktu yang berjalan sudag tidak ratusan lagi, maka manusia sendiri mulai mengenai dan memanfaatkan keindahan diperkirakan sudah ribuan bahkan milyaran tahun. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Arnold Hauser (1952, Vol. I:23-27) bahwa karya seni sudah ada sejak zaman paleolitikum, sekitar 750000-15000 tahun yang lalu. Ada dua pendapat mengenai timbulnya atau lahirnya sebuah seni, pertama stilisasi dan idealisasi kehidupan, dan yang kedua reproduksi dan preservasi kehidupan alaiah benda-benda.
Pada hakikatnya, seni diciptakan adalah untuk manusia. Seperti sebuah karya seni yang diciptakan seniman, maka karya itu juga dinikmati oleh seniman lainnya juga. Segala bentuk keindahan memang berasal dari Tuhan, namun kemudian keindahan tersebut dikongkretisasikan oleh para seniman dalam suatu bentuk karya seni. Manusia sendiri terdiri dari dua unsur, yakni jasmani dan rohani, raga dan jiwa, fisiologi dan psikologi, intelektual dan emosional. Mengintat seorang seniman adalah juga seorang manusia, maka letakkeindahan dalam diri seniman terletak pada unsure-unsur yang ada pada manusia.
Keindahan tidak semata-mata diadaptasi oleh karya seni. Keindahan bukanlah hak istimewa para seniman. Setiap aspek kebudayaan, setiap aspek kehidupan manusia menampilkan cirri-ciri keindahan. Sikap, tingkahlaku, dan perbuatan sehari-hari menampilkan berbagai macam keindahan. Lambaian tangan, kerdip mata, dan anggukan kepala, apabila dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keindahan, maka akan menimbulkan kenikmatan pada diri sendiri dan dengan sendirinya pada orang lain. Menghargai keindahan berarti menghargai kebesaran  Tuhan. menghargai keindahan berarti memupuk rasa rendah hati, bukan rendah diri.

(Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.)

Senin, 22 Februari 2016

Pemilihan Bahasa dalam masyarakat multibahasadi Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember



BAB 1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa.Banyaknya suku bangsa tersebut berpengaruh terhadap munculnya aneka ragam bahasa di Indonesia.Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi ciri khas diri manusia.Manusia yang normal selalu menggunakan bahasa dalam beraktivitas antarsesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.Begitu besarnya arti bahasa dalam kehidupan manusia tetapi kita selalu melupakan untuk memikirkan peranan bahasa.
Didalam hubungan bahasa dan masyarakat, kebanyakan masyarakat bahasa di Indonesia menggunakan bahasa daerah atau bahasa etnik mereka sebagai bahasa pertamanya.Meskipun demikian, masyarakat Indonesiasecara formal mendapat pendidikan bahasa Indonesia secara resmi di sekolah sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.Pendidikan bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum pendidikan nasional.
Bahasa daerah, disatu sisi memberikan hak hidup dalam sistem pendidikan nasional tetapi disisi lain menimbulkan kekhawatiran persepsi masyarakat tutur terhadap bahasa daerahnya. Hal ini disebabkan bahasa daerahanya digunakan ditingkat sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuktujuan memperlancar pengajaran bahasa Indonesia, sehingga berkonotasi langsung terhadap ketidakperluan penggunaan bahasa daerah ditempat yang penduduknya lancar berbahasa Indonesia.
Pemilihan bahasa lazimnya lahir akibat penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat bilingual (dwibahasa) atau multilingual (multibahasa).Dalam pemilihan bahasa, kekeliruan dalam peristiwa pemilihan bahasa atau ragam bahasa yang cocok dengan situasi komunikasi itu tidak dapat dihindari, dan kekeliruan tersebut dapat berakibat kerugian bagi peserta komunikasi.
Pemilihan bahasa dapat dikaji berdasarkan perspektif penggunaan bahasa dan penentuan bahasa.Masalah pemilihan bahasa biasanya terjadi di masyarakat bahasa, baik yang berdwibahasa maupun yang berganda bahasa (multilingual).Pemilihan bahasa bisa juga terpengaruh oleh faktor lingkungan yang mengakibatkan penguasaaan beberapa bahasa oleh seseorang.Namun pada dasarnya, si pengguna bahasa tetap mengakui bahasa ibu atau bahasa dari ras aslinya meski penggunaan bahasanya terkadang mengalami campur kode.
Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai Pemilihan Bahasa dalam masyarakat multibahasa.Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk pemilihan bahasa oleh masyarakat multibahasa dalam berkomunikasi. Hal tersebut menarik untuk diamati mengingat mereka memiliki kemampuan untuk memilih bahasa apa yang mereka gunakan. Selain itu, pemilhan bahasa merupakan salah satu fenomena sosiolinguistik yang hampir terjadi disemua masyarakat terutama di Indonesia yang merupakan negara multibahasa.
Penelitian dilakukan di Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Melihat kondisi masyarakat di wilayah ini merupakan masyarakat multibahasa antara bahasa Jawa, bahasa Madura dan bahasa Indonesia (minoritas), tidak menutup kemungkinan terjadi pemilihan bahasa dalam berkomunikasi. Peneliti ingin mengetahui seberapa banyak bahasa yang dipakai dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar termasuk dalam lingkup keluarga dirumah.Lalu, muncul pertanyaan bagaimana sikap bahasa mereka ketika mereka berada di lingkungan berbeda yang notabenenya tidak menggunakan bahasa daerah seperti yang mereka gunakan biasanya?
1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan penilitian ini mengkaji peristiwa pemilihan bahasa dalam interaksi antara Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember yang secara khusus kajian tersebut dijabarkan dan dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana pemilihan sekaligus penggunaan bahasa dalam interaksi antara Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember ?
2.        Apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan bahasa sekaligus penggunaan bahasa dalam interaksi Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember?



1.3.1 Tujuan
Tujuan pembahasan dalam peniliti yang berjudul Pemilihan Bahasa dalam Interaksi antara Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan pemilihan bahasa sekaligus penggunaan bahasa dalam interaksi Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember.
2.      Mendeskripsikan factor-faktor apa yang melatarbelakangi pemilihan bahasa dalam interaksi antara Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember.
1.3.2 Manfaat
            Secara teoritis, penulis mengharapkan agar hasil penilitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu bahasa (linguistik), khususnya perkembangan sosiolinguistik. Selain itu, berharap hasil penilitian juga bermanfaat bagi mahasiswa sastra yang mempelajari linguitik. Semoga melalui hasil penilitian ini pembaca pada umumnya mampu mengetahui pemilihan bahasa antara Ranah Keluarga Informan dan Lingkungan di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember.











BAB 2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode dan Teknik Penelitian

                 Uraian tentang populasi dan sampel, data dan sumber data, yang terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

2.1.1        Jenis Penelitian

           Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif, penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan.Maksudnya adalah, menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang terfokus pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka-angka (Mahsun, 2006: 233).Metode ini disesuaikan dengan fenomena bahasa dan sosial yang ada dengan bidang kajian sosiolingustik “bahasa dan kelas sosial”.Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosal termasuk fenomena kebahasaan yang tengah diteliti, yang berbeda dengan hakikat penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.

2.1.2        Populasi dan Sampel

            Sasaran yang tercakup dalam daerah penelitian disebut dengan populasi.Populasi diperlukan untuk menghindari timbulnya keraguan terhadap objek penelitian. Penarikan sampel bertujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
            Populasi penelitian ini adalah masyarakat multlingual yang tinggal di wilayah Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Melihat di wilayah ini banyak masyarakat yang paham atau menggunakan dua bahasa daerah, yakni bahasa Jawa dan Bahasa Madura, terkadang juga berbahasa Indonesia, namun masih terpengaruh dengan dialek bahasa daerahnya. Menurut survei, masyarakat di daerah  ini kebanyakan menggunakan bahasa Jawa yang terpengaruh bahasa Madura.

2.1.3        Metode Penentuan Sampel

            Menurut KBBI, sampel merupakan sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar; bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar; percontoh. Penarikan sampel dilakukan dengan cara acak (random), cara ini dilakukan dengan memberi nomor pada daftar populasi, kemudian nomor-nomor dipilih secara acak (Mahsun, 2006: 211).
            Sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dari kategori kelas sosial dalam masyarakat.Milyor (dalam Mahsun, 2006: 214) mengatakan, kelas sosial ialah kelompok atau kategori orang yang mempunyai kemiripan pekerjaan dan pendapatan dan sebagai konsekuensinya mereka mempunyai kemiripan gaya hidup dan keyakinan Sampel dalam penelitian ini mengambil (satu) orang warga Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember dengan kriteria sampel atau informan sebagai berikut:
a.       Sehat jasmani rohani
b.      Pria dan wanita, ( usia 40-60 tahun )
c.       Status pendidikan terakhir sarjana (S1)
d.      Pekerjaan (tokoh masyarakat: guru atau tokoh agama)
e.       Status kawin (berkeluarga)
f.       Status sosial (sedang atau berkecukupan)

2.2  Lokasi Penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berrempat bertempat di Desa Panti Kecamatan panti Kabupaten Jember, tepatnya pada Dusun Krajan, Jalan PB.Sudirman no.42 Panti.Penelitian dilakukan secara berkala dan hanya sekitar rumah informan, dan hanya menggunakan satu informan saja.
2.3  Data dan Sumber Data

2.3.1        Data   

Data adalah kumpulan fakta atau informasi yang dapat membentuk angka atau deskripsi yang berasal dari sumber data. Data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan transkripsi data hasil rekaman pada wawancara.

2.3.2        Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan suatu informasi atau keterangan tentang objek yang akan diteliti(Sudaryanto, 1993:91). Sumber data juga berarti uraian tentang asal diperolehnya data penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil percakapan, peneliti merekam percakapan narasumber dengan pihak lain serta peneliti pun terlibat dalam percakapan, kemudian mentraskripkan tuturan tersebut dalam bentuk data tertulis. Sumber data dalam penelitian ini merupakan seorang pria, bapak atau kepala rumah tangga berusia 53 tahun beretnik Jawa namun mengerti bahasa Madura karena lingkungan atau para tetangganya sebagian menggunakan bahasa Jawa dan sebagian menggunakan bahasa Madura, dan juga karena faktor keturunan, ayahnya beretnik Jawa, dan ibunya campuran Jawa Madura. Berikut identitas informan.
Nama                           : Agus Ahsan
TTL                             : Jember, 25 September 1962
Alamat                                    : jalan PB. Sudirman No. 42 Panti Jember
Pendidikan Terakhir    : Sarjana Administrasi Negara di Universitas Merdeka Malang
Profesi                         : Guru SMA Swasta
Status                          : kawin, mempunyai 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki.
Status Sosial                : berkecukupan, gaji perbulan > Rp 500.000


2.3 Metode Penyediaan Data

Tahap penyediaan data merupakan salah satu dari tahapan yang dilalui pada pelaksanaan penelitian. Tahapan ini menjadi dasar bagi pelaksanaan tahapan analisis data. Dikatakan demikian karena pelaksanaan analisis data hanya dimungkinkan untuk dilakukan jika data yang akan dianalisis telah tersedia. Cara yang digunakan dalam tahap penyediaan data, yaitu metode simak. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak (Sudaryanto, 1993:133). Teknik dasar dari metode ini yaitu teknik sadap, maksudnya peneliti dalam memanfaatkan data dengan segala ketelitian dan kemudian menyadap pembicaraan seseorang, dalam hal ini peneliti menyadap tindak tutur narasumber.
Teknik lanjutan yang digunakan SLC (Simak Libat Cakap). Dalam menggunakan teknik ini peneliti aktif dan terlibat langsung dalam dialog dan peneliti juga ikut serta dalam pembicaraan mitra wicaranya itu. Dalam hal ini, keikutsertaannya dapat aktif dapat pula reseptif. Dikatakan aktif, bila dia juga ikut angkat bicara dalam proses dialog atau konversasi atau imbal wicara; dan dikatakan reseptif bila dia, baik karena faktor subjektif maupun faktor objektif hanya mendengarkan yang dikatakan oleh mitra wicaranya (Sudaryanto, 1993:133).
Peneliti sebagai pemerhati datamelakukan proses menyadap pembicaraan informanmulai pada tanggal 28 November 2015 pukul 14.13 WIB, dan terakhir pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 07.13 WIB disekitar rumah informan (halaman rumah, warung didepan rumah) di Jalan PB. Sudirman Nomer 42 Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember.Teknik berikutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat semua hasil menyadap pembicaraan informan atau penyelidikan dalam bentuk transkip percakapan untuk mempermudah menentukan hipotesa atau hasil sementara, lalu menentukan hasil akhir analisis.

2.4  Metode Analisis Data

Metode analisis  data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data-data, hasil dari analisis akan menjadi deskripsi jawaban dari masalah yang akan dibahas dalam masalah ini yaitu tentang pemilihan bahasa dalam interaksi. Metode deskriptif dalam penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang terfokus pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka-angka (Mahsun, 2006: 233).

2.5   Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode Penyajian Hasil Analisis Data ada dua metode, yaitu metode formal dan informal, data yang telah dianalisis disajikan secara informal atau formal. Metode penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang.Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu penggunaan kata-kata dan tanda-tanda atau lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian hasil analisis juga mengikuti proses deduktif dan induktif dengan tujuan pemaparannya tidak monoton.Penelitian ini menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan metode informal, yaitu berupa rangkaian kata dan kalimat.









 

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1  Pilihan Bahasa

Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman bahasa memiliki kemungkinan besar adanya dua atau lebih bahasa yang terdapat dalam seuatu masyarakat dan membuat indiidu didalamnya menjadi dwibahasawan, baik aktif maupun pasif. Karena dalam repertoarnya terdapat lebih dari satu bahasa , dwibahasawan itu dapat melakukan pilihan bahasa yang dipakai jika ia berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Pilihan bahasa ini bergantung pada faktor-faktor yang sudah kita kenal, seperti partisipan, suasana, topic, dan sebagainya.Dalam situasi diglosia yang baik, masing-masing bahasa memiliki ranah pemakaian.
Menurut fishman, jika diglosia itu bocor, bahasa yang satu merambah atau merembes keranah penggunaan bahasa yang lain. Akibatnya, bahasa yang disebut terakhir ini kemudian terdesak penggunaannya. Akibatnya, bisa terjadi pergeseran bahasa, karena dalam banyak hal satu bahasa selalu dipakai penutur dan bahasa lain yang semula dikuasai tidak lagi diturunkan kepada anak-anaknya, anak-anaknya pun lebih kelak tidak mampu menurunkan bahasa itu kepada generasi berikutnya.  Jika hal ini terjadi secara terus menerus, dalam beberapa generasi, terjadilah kepunahan bahasa. Namun, manakala diaglosa itu tidak bocor, dan tiap bahasa tetap bertahan pada ranah masing-masing, tidak ada satu bahasa pun yang bergeser atau punah, masing-masing bahasa akan mempertahankan diri. Pemertahanan bahasa itupun tergantung dari beberapa faktir, seperti ekonomi, adama, politik.

3.2  Jenis Pilihan Bahasa

Istilah masyarakat aneka bahasa sendiri mengacu kepada kenyataan bahwa di sana ada beberapa bahasa dan ada pilihan bahasa. Begitu juga diglosia tidak mungkin ada jika tidak ada ragam tinggi dan ragam rendah.Secara singkat, pilihan bahasa selalu muncul bersama dengan adanya ragam bahasa.Karena itu, mengkaji pilihan bahasa jelas merupakan aspek penting dalam sosiolinguistik.Jika berbicara tentang pilihan bahasa, hal pertama yang muncul adalah tentang seluruh bahasa yang ada dalam suatu masyarakat. Dimana adanya individu yang menguasai dua bahasa atau lebih, dan individu tersebut harus memilih salah satu dari bahasa yang ia kuasai saat berbicara.




Ada tiga jenis pilihan bahasa yang biasa dikenal dalam kajian sosiolinguistik:
1)         Alih Kode
Kode adalah istilah netral yang dapat mengacu kepada bahasa,dialaek, sosiolek, atau ragam bahasa. Misalnya,si A mempunyai B1 Bahasa Bali, dan B2 Bahasa Indonesia, serta menguasai Bahasa Inggris, A dapat berbicara dengan alih kode tiga bahasa itu. Bahasa mana yang dipilih tergantung dari beberapa faktor, antara lain lawan bicara, topik, suasana, dll.
Contoh kronologi:
Informan  : gən bərəmpah jɛlly ŋa? riah rɛh ?
                 (jeli ini harganya berapa?)
Tetangga  : lɛmaratͻs.
                  (limaratus rupiah)
Informan  : gəbəi ḍibi? ta riah ?
                  (apa buat sendiri?)
Tetangga  : əmm…? (bertanya)
                  (emm…)
informan  : gəbəi ḍibi?
                  (buat sendiri)
Tetangga  : əngghi.
                  (iya)
Informan  : sabək kulkas napah ?
                  (apa diletakkan di lemari es?)
Tetangga  : əntən.
                  (tidak)
Peneliti     : bəli yah!
                  (beli yah!)
Informan  : apa?, yͻ bəliͻ wes.
                  (apa?, silahkan beli!)
Kronologi: informan dan peneliti berada di lapak pedagang kaki lima depan rumah, situasi santai, waktu pagi hari pukul 05.51 WIB tanggal 1 desember 2015.Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap aktif karena peneliti terlibat langsung dalam percakapan.

Dalam percakapan diatas dapat dilihat bahwa pada awal percakapan, informan berkomunikasi dengan tetangga menggunakan Bahasa Madura.Namun, ketika peneliti masuk kedalam percakapan menggunakan Bahasa Indonesia, informan dengan spontan beralih bahasa dari Bahasa Madura menjadi Bahasa Indonesia.Dari kronologi kejadian tersebut dapat dikatakan bahwa informan tersebut merupakan seorang dwibahasawan yang menguasai dua atau lebih bahasa.Perpindahan bahasa atau alih koden yang dilakukan oleh informan dikarenakan faktor lawan bicara.Hal ini dapat dilihat ketika informan berkomunikasi dengan tetangga yang menggunakan Bahasa Madura, maka informan juga menyesuaikan dengan Bahasa Madura. Dan ketika peneliti masuk dengan menggunakan Bahasa Indonesia, maka informan juga menggunakan bahasa yang sama.
2)         Campur Kode
Campur Kode ini serupa dengan apa yang dahulu pernah disebut interferensi dari bahasa satu ke bahasa yang lain. Dalam campur kode, penutur menyelipkan unsure-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur yang diambil dari bahasa lain itu sering kali berwujud kata-kata, tetapi dapat juga berupa frasa atau kelompok kata.
Kronologi 1:
Anak        : sihh, gaul.
  (sihh, gaul)
Informan  : belum sek, inI sek dasar.
                   (belum masih, ini masih dasar)
Peneliti     : buwat apa itu?
                   (membuat apa itu?)
Anak        : buwat kuruŋane burUŋkan yͻ yah?
                   (membuat sangkarnya burung kan yah?)
Informan  : sek basah nak, kəna?bajune nanti (anak mendekat ke rumah burung yang masih dicat oleh informan)
                    (masih basah nak, nanti kena bajunya.)
Anak        : buwat rumah-rumahan yͻ yah?
                   (membuat rumah-rumahan ya yah?)
Informan  : iya, buat rumah-rumahane burUŋ.
                   (iya, membuat rumah-rumahannya burung.)
Anak        : ada tiŋkate yah?
                   (ada tingkatnya yah?)
Peneliti     : nda?ada tiŋkate itu. 
 (tidak ada tingkatnya itu.)

Kronologi: informan, anak informan, dan  peneliti dihalaman depan rumah ketika informan sedang mengecat rumah burung merpati. Suasana santai.Waktu pagi hari pukul 6.22 WIB tanggal 30 November 2015.Anak informan berusia 6 tahun yang sedang duduk dibangku kelas 1 MI. Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap aktif karena peneliti terlibat langsung dalam percakapan.

Dalam kronologi diatas dapat dilihat bahwa adanya peristiwa campur kode yang dilakukan oleh informan (penutur).Dalam kronologi diatas, dapat dilihat penggunaan bahasa syang dipilih oleh informan tersebut merupakan Bahasa Indonesia. Namun, itu bukanlah Bahasa Indonesia ragam baku, karena terdapat kata-kata yang bukan merupakan bagian dari Bahasa Indonesia. Inforeman dan penutur yang terlibat dalam percakapan tersebut menyelipkan kata-kata dari Bahasa Jawa kedalam Percakapan yang menggunakan Bahasa Indonesia tersebut.Hal tersebut ditandai dengan adanya akhiran vocal (e) di beberapa kata, yang itu merupakan ciri khas dari Bahasa Jawa.Penyisipan Bahasa Jawa kedalam Bahasa Indonesia inilah yang disebut dengan Campur Kode.
Kronologi 2:
Peneliti     : pͻhͻne nda?dipͻtͻŋi yah?
                   (pohonnya tidak di potongi yah?)
Informan  : ndəlͻk əngko, lɛ?Nda?Api?yͻ dipͻtͻŋi.
                   (di lihat nanti saja. Kalau tidak bagus ya di potong.)
Peneliti     : nda?, kan Iki məncar-məncar rantiŋe.
                  (tidak, ini kan terpencar-pencar rantingnya.)
Informan  : iyͻ marine.
                   (iya habis ini.)
Peneliti     : nda?dikawati mənɛh?
                   (tidak diberi kawat lagi?)
Informan  : səbəlah kͻnͻ tͻ?, siji.
                   (di sebelah sana saja, satu.)
Peneliti     : SMA libur taŋgal bərapa yah?
                   (SMA libur tanggal berapa yah?
Informan  : SMA…. (tidak melanjutkan bicara)
                   (SMA….)
Peneliti     : ujiane sampɛ?kapan sɛh SMA?
                   (ujiannya sampai kapan sih SMA?)
Informan  : taŋgal rͻllas (12)
                   (tanggal dua belas.)

Kronologi: suasana santai di halaman belakang rumah, informan sedang merapikan ranting-ranting pohon cabai dan tomat, waktu pagi hari pukul 07.13 tanggal 3 desember 2015. Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap aktif karena peneliti terlibat dalam percakapan.

Kronololgi diatas merupakan kebalikan dari kronologi 1. Dimana pada kronologi 1, informan menggunakan bahasa Indonesia yang kemudian diselipi dengan Bahasa Jawa. Sedangkan pada kronologi 2 ini, informan menggunakan Bahasa Jawa dan kemudian diselipi atau di campuri dengan Bahasa Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari percakapan diatas, dimana mayoritas kata yang digunakan merupakan kata-kata dari Bahasa Jawa.
Dari kedua kronoligi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah peristiwa campur kode ditandai dengan diselipkannya satu bahasa kedalam bahasa yang lain dalam satu peristiwa tidak tutur seperti penyelipan Bahasa Jawa kedalam Bahasa Indonesia pada kronologi 1 dan penyelipan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa pada kronologi 2. Dari kedua kronologi tersebut dapat diketahui pula bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa campur kode tersebut adalah faktor lingkungan. Dimana pada keluarga tersebut, informan membiasakan atau mengajarkan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Indonesia, namun karena bahasa ibu informan merupakan Bahasa Jawa, maka informan secara tidak sadar menyelipkan kata-kata dari bahasa Jawa kedalam Bahasa Indonesia ataupun sebaliknya.
3)         Variasi Dalam Bahasa Yang Sama
Jenis pilihan bahasa ini sering menjadi fokus dalam kajian tentang sikap bahasa.Dalam hal ini, seorang penutur harus memilih ragam mana yang harus dipakai dalam situasi tertentu. Kedalam jenis ini, dapat juga di masukkan pilihan bentuk “sor-singgih” dalam Bahasa Bali, atau “ngoko-krama” dalam Bahasa Jawa, karena variasi unda-usuk dalam kedua bahasa itu ada dalam bahasa yang sama. Jika variasi dalam bahasa yang sama itu dianggap sebagai masalah pilihan bahasa, maka pilihan bahasa itu mencakup penutur ekabahasawan dan dwibahasawan, bisa alih kode atau campur kode.
Kronologi 1:
Informan  : yͻ cͻpͻtͻnͻwes ikU Lͻ.
                   (ya dicabut saja itu sudah Lo.)
Tetangga  : mͻsͻ?gawe liŋgIs pa? ?
                   (masak menggunakan linggis pak?)
Informan  : Lͻ, sek Lͻ. NdUk!
                 (Lo, sebentar Lo.Nduk!)
Peneliti     : daləm?
                   (iya.)
Informan  : gawɛknͻ kͻpi sa?ciŋkIr!, age gawe cak Lͻ!
                   (buatkan kopi satu cingkir!, ayo untuk cak Lo!)
Peneliti     : hə’əm.
                   (iya.)

Kronologi: informan, tetangga (tukang kayu bernama Lo), dan peneliti diruang tamu. Informan dan tetangga sedang membicarakan tentang kusen rumah (kayu).Suasana santai.Waktu siang hari pukul 14.13 WIB tanggal 28 November 2015.Tetangga berusia sekitar 30-an. Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap aktif karena peneliti terlibat dalam percakapan.

Kronologi 2:
Ibu           : kuat ta iku San?
                   (kuat kah itu San?)
Informan  : mbͻtən. Kuat niku.Niku akare paləm əntən təŋləbətə ləmah.
                   (tidak. Kuat itu.itu akarnya mangga ada didalam tanah.)
Ibu           : sͻpͻ se iku mau San?
                   (siapa sih itu tadi San?)
Informan  : Rͻsidi tah?
                   (rosidi kah?)
Istri          : sIŋ maU iku yo?mas.
                   (yang tadi itu loh mas.)
Informan  : iyͻ de?.
                   (iya dik.)
Ibu           : sͻpͻ se ikͻ San, sIŋ nyͻpͻ kͻən maU ikͻ San?
                   (siapa sih  itu San, yang menyapa kamu tadi San?)
Informan  : anu, mba?Sri.
                   (itu, mbak Sri.)
Ibu           : wͻŋ əndi?
                   (orang mana?)
Informan  : Yune Rͻsidi Bu.
                   (kakak perempuannya Rosidi bu.)
Ibu           : Yune Rͻsidi ikͻ yͻ?
                   (kakak perempuannya rosidi ya?)
Informan  : əŋgeh.
                   (iya.)
Ibu           : dUwe bojo iku wes yͻ?
                   (sudah punya suami itu ya?)
Informan  : nͻpͻ, əŋgeh ŋgadah Bu?
                   (apa, sudah punya bu?)

Kronologi: informan, istri informan, dan  ibu informan, di taman depan rumah dan terdapat pohon palem yang baru ditanam. Suasana santai.Waktu sore hari pukul 17.13 WIB tanggal 29 November 2015.Istri berusia 46, ibu berusia 92).Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap reseptif karena peneliti tidak terlibat dalam percakapan.

Dalam kedua kronologi itu dapat dikategorikan sebagai variasi dalam bahasa yang sama. Hal ini diketahui dari pemilihan bahasa yang terjadi dalam percakapan tersebut, baik dalam kronologi 1 maupun kronologi 2.Kedua kronologi tersebut sama-sama menggunakan Bahasa Jawa.Variasa bahasa yang terdapat dalam bahasa tersebut juga merupakan variasi bahasa ngoko dan krama dalam Bahasa Jawa.Variasi bahasa tersebut dibuktikan dalam kronologi 1, saat informan berbicara dengan cak Lo, informan menggunakan bahasa Jawa Ngoko, begitu juga saat berbicara dengan peneliti.Namun, karena peneliti merupakan anak dari informan, maka peneliti menjawab dengan menggunakan bahasa Jawa krama. Dan dalam kronologi 2 dapat dilihat saat informan berbicara dengan ibu, informan menggunakan bahasa Jawa Krama, namun ketika berbicara dengan isteri, informan menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Dalam kronologi ini menggunakan metode simak libat cakap reseptif, karena peneliti tidak terlibat dalam percakapan, hanya mendengarkan dan merekam pembicaraan informan dengan istri dan ibu informan.




















BAB 4. KESIMPULAN
Pemilihan Bahasa adalah salah satu kajian Sosiolongustik yang membahas tentang masyarakat tutur yang memiliki kemampuang multilingual atau memahami lebih dari satu bahasa termasuk bahasa daerah.Dalam penelitian ini, kelompok kami menggunakan metode penelitian Deskriptif Kualitatif dengan teknik Simak Libat Cakap aktif dan reseptif. Hasil analisis dalam penelitan ini menggunakan hasil informal karena proses penguraian analisisnya berupa deskripsi atau rangkaian  kalimat-kalimat atau kata-kata.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa informan yang bernama Agus Ahsan ini merupakan masyarakat tutur multilingual yang tinggal di daerah Dusun Krajan Desa Panti Kecamatan Panti Kabupaten Jember.Informan dapat menguasai lebih dari satu bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa, bahasa Madura, dan bahasa Indonesia. Dalam kesehariannya, informan pun menggunakan ketiga bahasa yang ia kuasai tersebut. Informan melakukan pemilihan bahasa berdasarkan dengan siapa ia berbicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahasa dalam hal ini terjadi akibat faktor lingkungan dan lawan bicara.
















DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2005 . Metode Penilitiian Bahasa : Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya.
     Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik Bagian Pertama Metode dan Aneka Teknik
     Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik
     Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.