PENERAPAN
METODE PENELITIAN BAHASA DALAM KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK
guna
memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Bahasa
oleh
Utami
Retno Wulandari
NIM:
130110201056
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam
penulisan sebuah kalimat bahkan sampai artikel selalu tidak luput dengan yang
namanya Tanda Titik (.). Dalam penulisan makalah inipun juga sangat banyak
dijumpai penggunaan tanda titik. Karepa dapa hakekatnya tanda titik merupakan
syarat wajib yang harus digunakan untuk membuat sebuah kalimat. Jika dalam
sebuah kalimat tidak ada tanda titik didalamnya, maka kalimat itu bukanlah
sebuah kalimat, namun masih merupakan sebuah klausa. Penggunaan tanda titk
tidak hanya digunakan untuk membuat kalimat saja, namun juga hal-hal lain
seperti singkatan, gelar seseorang, dll.
Tanda
titik mempunyai aturan tersendiri dalam penggunaannya. Karena itu, sering
dijumpai pula kesalahan-kesalahan dalam penulisan Tanda Titik tersebut. Dalam
kesempatan kali ini, saya akan meneliti dan menganalisis kesalahan-kesalahan
dalam penulisan Tanda Titik dalam kehidupan sehari-hari. Objek kajian dalam
analisis ini yakni seperti: surat, pengumuman, poster, slip, dsb.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa makna dan fungsi tanda titik?
1.2.2
Bagaimana analisis kesalahan tanda titik
yang ditemui?
1.3
Tujuan
Untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Bahasa yang sedang saya tempuh
pada semester ini.
1.4
Manfaat
1.4.1
Untuk mengetahui apa makna dan fungsi
dari tanda titik.
1.4.2
Untuk mengetahui bagaimana analisis
kesalahan tanda titik.
BAB
II
METODE PENELITIAN
Dalam pemilihan Metode
Penelitian, teknik-teknik yang saya gunakan berasal dari buku Sudaryono yang
berjudul Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Berikut teknik-teknik yang
saya gunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis:
3.1
Teknik Sadap
Pada
prakteknya, penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Si
peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan segenap kecerdikan dan
kemauannya harus menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang.
Dalam
teknik ini, saya mencoba menerapkannya dengan mengamati tulisan-tulisan yang
ada pada surat, pamphlet, poster, dsb untuk melihat ada atau tidaknya kesalahan
penulisan tanda titik didalamnya.
3.2
Teknik Lanjutan I: Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Kecuali dengan
berpartisipasi sambil menyimak, kegiatan menyadap dapat juga dilakukan dengan
tidak berpartisipasi ketika menyimak. Si peneliti tidak telibat dalam dialog,
konversasi, atau imbal wicara; jadi, tidak ikut serta dalam proses pembicaraan
orang-orang yang saling bicara. Dia tidak bertindak sebagai pembicara yang
berhadapan dengan mitra wicara atau sebagai pendengar yang perlu diperhatikan
apa yang dikatakan pembicara. Dia hanya sebagai pemerhati yang dengan penuh
minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan (dan bukan apa yang dibicarakan)
oleh orang-orang yang hanyut dalam proses berdialog.
Dalam analisi ini,
saya tidak terlibat dalam percakapan, hanya mengamati tulisan saja. Karena
memang, tulisan tidak bisa diajak bercakap-cakap. Maka dari itu, saya
menyimpulkan bahwa teknik selanjutnya yakni teknik simak bebas libat cakap
(SBLC).
3.3
Teknik Lanjutan II: Teknik Rekam
Perekaan
terhadap tuturan itu dapat dipandang
sebagai teknik lanjutan pula , yang disebut dengan “teknik rekam” . Tidak usah
ditegaskan disini bahwa pelaksanaan itu sudah barang tentu harus dilakukan
sedemikian sehingga tidak menggangu kewajaran proses kegiatan penuturan yang
sedang terjadi sehingga dalam praktiknya kegiatan merekam itu – atau
setidak-tidaknya tujuan merekam itu – selalu dilakukan tanpa sepengetahuan
penutur sumber data atau pembicara.
Pada
teknik ini, aplikasi yang saya lakukan yakni mengamati secara langsung
surat-surat yang akan saya jadikan contoh kasus dari analisis yang saya
lakukan. Setelah mengamati surat-surat tersebut, jika ternyata terdapat
kesalahan didalamnya, maka segera saya rekam dengan cara memotret surat
tersebut sebagai bahan kasus analisis saya.
3.4
Teknik Lanjutan III: Teknik Catat
Di samping perekaman
itu, dapat pula dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi.
Pencatatan itu dapat dilakukan langsung ketika teknik pertama atau keduaa
selesai digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan menggunakan alat
tulis tertentu. Dengan adanya kemajuan teknologi, pencatatan itu dapat
memanfaatkan disket computer. Dalam pada itu , transkripsinya pun dapat dipilih
satu dari antara tiga yang ada berikut, tergantung kepada jenis objek
sasarannya , yaitu transkripsi ortografis , fonemis, atau fonetis.
Pencatatan semacam itu
dapat dipandang sebagai tekik lanjutan dan disebut teknik catat. Dalam
teknik ini, aplikasi yang saya lakukan yakni mencatat kesalahan-kesalahan
penulisan tanda titik yang ada pada surat yang tadi saya rekam sebagai contoh
kasus analisis saya. Setelah saya catat, maka saya analisis hingga mencapai
sebuah kesimpulan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Makna dan Fungsi Tanda Titik (.)
Wikiperdia
mendefinisikan bahwa, tanda titik adalah tanda baca yang
digunakan untuk menandai akhir dari sebuah kalimat dalam
berbagai bahasa.
Tanda ini terdiri atas titik kecil yang ditempatkan di akhir suatu baris dari
sebuah kalimat, seperti di akhir kalimat. Tanda titik juga digunakan dalam singkatan.
Dalam komputer, tanda titik sering digunakan sebagai delimiter yang biasa disebut dot,
sebagai contoh dalam lookup DNS dan nama berkas.
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang disalin dari: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia disebutkan bahwa, tanda titik memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan dan tidak digunakan pada
akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik.
b.
Tanda titik dipakai di belakang angka
atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar dan tidak dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf
itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
d.
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka
di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan tempat terbit.
e.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatanyya yang menunjukkan jumlah, dan tidak dipakai saat
bilangan ribuan atau kelipatannya tersebut tidak menunjukkan jumlah.
f.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table, dan
sebagainya.
g.
Tanda titik tidak dipakai dibelakang:
(a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c)
dibelakang tanggal surat.
h.
Tanda titik dipakai pada penulisan
singkatan. namun, tidak semua singkatan harus disisipi dengan tanda titik, ada
yang tidak menggunakan tanda titik seperti: (a) singkatan nama resmi lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital,
(b) lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang,
(c) pada kasus Akronim.
3.2
Analisis Kesalahan dalam Penulisan
Tanda Titik (.)
Dalam
kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kesalahan-kesalahan penulisan dalam
sebuah surat, nota, pengumuman, poster, pamphlet, dll. Dan kali ini saya akan
membahas kesalahan penulisan tersebut. Namun, saya hanya berpusat pada
kesalahan penulisan Tanda Titik saja.
Berawal
dari jam kuliah Metode Pembelajaran Bahasa, saya mendapatkan sebuah tugas untuk
mencari kesalahan penulisan Tanda Titik. Namun, pada saat itu saya masih
bingung harus mencari kesalahan dimana. Saya mencoba membaca surat kabar, namun
belum juga saya menjumpai kesalahan penulisan tersebut. Lalu beberapa waktu
kemudian, saya menjumpai teman saya sedang memotret sebuah poster tentang
kesehatan didepan kampus fakultas sastra. Saya bertanya kepada teman saya
tersebut untuk apa memotret poster, dan teman saya berkata itu untuk tugas.
Kemudian saya berfikir bahwa tidak perlu sampai membaca buku dan koran
berlembar-lembar, cukup mengamati hal-hal yang ada disekitar saja. Dan sayapun
langsung berjalan menuju madding. Sampai sana saya baca papan pengumuman itu
satu persatu, dan benar saja, banyak kesalahan penulisan tanda titik disana.
Kemudian saya memotret papan pengumuman tersebut. Setelah itu sampai di kos,
saya mencoba mencari-cari surat atau berkas-berkas yang saya dan teman sekamar
saya punya. Dan dari pencarian itu saya juga mendapatkan beberapa bahan lagi
untuk analisis kesalahan tanda titik untuk tugas saya. Dan berikut saya akan
memaparkan analisis hasil temuan saya tentang kesalahan penulisan tanda titik
pada:
a.
Penulisan singkatan atas nama.
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf
(lazim digunakan dalam surat menyurat) masing-masing diakhiri dengan tanda
titik. Dan singkatan atas nama masuk dalam golongan ini. Jika dalam golongan
ini singkatan harus masing-masing diberi tanda titik, maka penulisan yang benar
adalah a.n. (atas nama). 
Gambar
1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
(Sumber: Surat pengumuman di mading Sastra
Indonesia)
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa
pada gambar 1.1 dan gambar 1.2 merupakan contoh dari kesalahan penulisan titik
pada golongan ini. Pada gambar 1.1 penulisan singkatan yang seharusnya a.n.
menjadi a.n dan pada gambar 1.2 An. Dan gambar 1.3 merupakan contoh penulisan
singkatan a.n. yang benar, walaupun seharusnya huruf (a) disana kecil, bukan
besar.
b.
Penulisan Akronim NIM/NIP
Akronim nama diri yang berupa gabungan huru awal
unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huru kapital tanpa tanda titik.
Maka, menurut definisi tersebut dapat ditentukan bahwa penulisan yang tepat
untuk akronim Nomor Induk Mahasiswa dan Nomor Induk Pengajar adalah NIM dan NIP
tanpa diakhiri dengan tanda titik.
Gambar
2.1
Gambar
2.2
(Sumber:
Surat pengumumuan di madding Sastra Indonesia)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa gambar 2.1
merupakan contoh penulisan yang tepat dalam kasus ini, dan pada gambar 2.2
merupakan gambar yang salah karena pada NIP diakhiri tanda titik menjadi NIP.
Selain kesalahan penulisan NIP, pada gambar 2.2 juga terdapat kesalahan
penulisan gelar. Pada singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat harus diikuti dengan tanda titik pada tiap tiap singkatan tersebut.
Maka seharusnya penulisan gelar yang benar adalah Drs. Zulfikar, Ph.D., bukan
Drs. Zulfikar, Ph. D saja.
c.
Pada jam/waktu
Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Maka jika dirumuskan akan membentuk
rumus seperti ini: jam.menit.detik.
Gambar
3.1
(Sumber:
Struk ATM Mandiri)
Gambar
3.2
(Sumber:
Surat pengumuman di mading Sastra Indonesia)
Pada gambar 3.1 kesalahannya terletak pada penulisan
jam. Penulisan jam harusnya menggunakan titik untuk memisahkan antara jam
dengan menit. Dalam gambar 3.1 penulisan jamnya 16:08 dan yang benar seharusnya
adalah 16.08. dan pada gambar 3.2 kesalahan penulisannnya terdapat pada
penulisan singkatan WIB. Diatas sudah dijelaskan bahwa untuk singkatan yang
mengambil huru awal dari masing-masing unsurnya harus menggunakan huruf kapital
dan tidak disertai titik dibelakangnya. Dan jika mengikuti kaidah penulisan
tersebut, harusnya penulisan yang benar adalah WIB bukan WIB.
d.
Penggunaan Tanda Titik dalam
Kalimat
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan. Dan juga, tanda titik tidak bisa digunakan dibelakang:
(a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c)
dibelakang tanggal surat.
Gambar
4.1
(Sumber:
Surat dari kantor kepala desa Tamansuruh, Banyuwangi)
Gambar
4.2
(Sumber:Keterangan
donor darah PMI Jember)
Gambar
4.3
(Sumber:
Surat dari kantor kepala desa Tamansuruh, Banyuwangi)
Pada gambar diatas, baik gambar 4.1, 4.2 maupun 4.3
merupakan contoh dari kesalalah penulisan tanda titik. Sudah sangat jelas
dikatakan bahwa tanda titik tidak boleh diletakkan dibelakan nama dan alamat
pada surat, namun dalam gambar 4.1 ada tanda titik dibelakang alamat dan agama.
Sedangkan pada gambar 4.2 kesalahannya adalah tidak adanya tanda titik pada
akhir kata. Seharusnya ada titik yang mengakhiri klausa tersebut dan
menjadikannya sebuah kalimat. Dan pada gambar 4.3, kesalahannya terdapat pada
penulisan nama yang diakhiri tanda titik. Sudah diperjelas pada definisi diatas
bahwa tanda titik tidak bolek berada dibelakang nama.
e.
Penulisan Rp dan gr
Penulisan lambing mata uang, seperti Rp, US$, dll.
tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambing itu dan
angka yang mengikutinya, kecuali didalam tabel. Dan pada lambing kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di,ikuti
dengan tanda titik.
Gambar
5.1
(Sumber:
Struk bukti pembayaran UKT dari bank BNI)
Gambar
5.2
(Sumber:
Selebaran harga delivery sayuran area Jember)
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada gambar
5.1 merupakan penulisan tanda titik yang salah karena dibelakan Rp ada
titiknya. Dan pada gambar 5.2 merupakan penulisan yang benar. Pada gambar 5.2
kata Rp dan gr tidak disertai titik dan itu merupakan penulisan yang benar yang
sesuai dengan penulisan EYD.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Tanda
titik adalah tanda baca yang
digunakan untuk menandai akhir dari sebuah kalimat dalam
berbagai bahasa.
Tanda ini terdiri atas titik kecil yang ditempatkan di akhir suatu baris dari
sebuah kalimat, seperti di akhir kalimat. Tanda titik juga digunakan dalam singkatan.
Dalam komputer, tanda titik sering digunakan sebagai delimiter yang biasa disebut dot,
sebagai contoh dalam lookup DNS dan nama berkas.
Dari analisis diatas dapat di simpulkan bahwa banyak sekali
dijumpai kesalahan-kesalahan penulisan tanda titik di sekitar kita. Kurangnya
pengetahuan mendasari terjadinya kesalahan penulisan ini.
4.2.
Saran
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah mau memperhatikan tulisan-tulisan di
sekeliling kita. Jika di amati kembali, sangat banyak kejadian kesalahan
penulisan penggunaan tanda maupun Bahasa yang sesuai dengan EYD Bahasa
Indonesia. Kurangnya pengetahuan sangat mempengaruhi terjadinya kekeliruan
dalam pembuatan suatu tulisan. Bahkan meskipun sekolah sampai setinggi-tingginya
tidak menjamin seseorang akan menulis dengan benar. Maka, seharusnya penanaman
aturan-aturan kebahasaan ini harus dikenalkan sejak awal, agar tidak terjadi
kesusahan dimasa mendatang.
Kita
seringkali meremehkan Bahasa kita sendiri, Bahasa Indonesia. Padahal, belum
tentu kita sudah bisa dalam berbicara maupun penulisannya. Kesadaran tentang
pentingnya mempelajari Bahasa Indonesia inilah yang harus ditingkatkan oleh
generasi muda agar kesalahan-kesalahan penulisan ini tidak berkelanjutan.
Daftar Pustaka
A.R., Achmad Mufid. 2013. Pedoman
Bahasa Baku & Tidak Baku. Yogyakarta: Buku Pintar.
Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang
disalin dari: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia. 2012. Surabaya:
Palito Media.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.